Senin, 25 Oktober 2010

Tinjauan Sistem dalam Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman sekarang berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan kesehatan terdidik dengan baik.

Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang mendukung keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, di mana tenaga yang selama 24 jam harus berada di sisi pasien adalah tenaga perawatan. Namun sangat disayangkan bahwa pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga keperawatan yang kita miliki, tetapi terutama dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan profesional yang dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga ini.

Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah yang digunakan secara sistematis dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawata.

Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk memandang sesuatu sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen, elemen-elemen atau unit-unit yang saling berhubungan, saling berinteraksi, saling tergantung dalam mencapai tujuan. Pendekatan sistem meliputi cara berpikir tentang fenomena secara keseluruhan, metode atau teknik dalam memecahkan masalah atau pengambilan keputusan (kesadaran adanya masalah karena berbagai faktor).

.


A. Tujuan

Pada makalah ini kami akan membahas tentang konsep sistem, komponen sistem, proses input transformasi output, penerapan sistem dalam penggunaan proses keperawatan, penerapan sistem dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan, penerapan sistem penyelenggaraan pendidikan keperawatan, penerapan sistem dalam penyelenggaraan pengembangan profesi keperawatan serta penerapan sistem dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara umum dengan memberikan gambaran bagaimana penerapan pendekatan sistem dalam keperawatan dan mencari pemecahan masalah demi pengembangan proses keperawatan dan pelaksanaan proses keperawatan harus sesuai dengan standar keperawatan. Oleh sebab itu gambaran ini dapat dijadikan sebagai evaluasi agar kualitas dapat ditingkatkan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Kata sistem menjadi sangat populer dengan munculnya pendekatan sistem yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Kata sistem berasal dari bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa yunani (sust dan ema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu set kesatuan yang berinteraksi, ketika suatu model metematika sering kali dapat dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Misalnya, negara yang merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang salaing berhubungan sehingga membentuk suetu negara dengan rakyat sebagai penggeraknya. Kata “sistem” sering digunakan baik dalam percakapan sehari-hari, forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal dan berbagai bidang, sehingga memiliki makna yang beragam.

Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan alat yang memiliki hubungan di antara mereka. Sistem secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, keperawatan dapat diartiakan sebagai suatu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam upaya mencapai tujuan akhir.

B. Komponen sistem dalam keperawatan

1. Manusia

Manusia adalah makhluk bio-psikososial yang utuh dan unik yang mempunyai kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual. Manusia dipandang secara menyeluruh dan holistik mempunyai siklus kehidupan meliputi tumbuh kembang, memberi keturunan, memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan dengan menggunakan berbagai mekanisme yang dibawa sejak lahir maupun yang didapat bersifat biologis, psikologis dan sosial.

Manusia selalu mencoba memenuhi kebutuhannya melalui serangkaian peristiwa yang mencakup belajar, menggali, serta menggunakan sumber-sumber yang diperlukan berdasarkan potensi dan keterbatasannya.

2. Lingkungan

Manusia selalu hidup dalam suatu lingkungan tertentu, lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat dimana manusia berada, yang selalu mempengaruhi dan dipengaruhi manusia sepanjang hidupnya.

Setiap lingkungan mempunyai karakteristik tersendiri dan memberikan dampak yang berbeda pada setiap manusia, dalam menanggapi dampak lingkungan ini, manusia selalu berespon untuk mengadakan adaptasi agar keseimbangan dirinya tetap terjaga. Adaptasi dapat bersifat positif, dapat pula negatif (apabila manusia beradaptasi secara negatif pada pengaruh lingkungan maka akan menimbulkan masalah.

Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi kesehatan, lingkungan ini dapat berupa kondisi sosial budaya, lingkungan geografis yang ada di masyarakat yang berada di luar institusi kesehatan.

3. Kesehatan

Sehat merupakan suatu persepsi yang sangat individual, beberapa definisi tentang sehat adalah :

a. WHO (1947) : Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, sosoal dan tidak hanya bebas dari penyakit atau cacat.

b. Parson (1972) : Sehat adalah kemampuan individu secara optimal untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif.

c. Dubois (1978) : Sehat adalah suatu proses yang kreatif individu secara aktif dan terus menerus beradaptasi dengan lingkungannya.

Kesehatan adalah suatu proses yang dinamis, terus menerus berubah sebagai interaksi antara individu dengan perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.

4. Keperawatan

Tindakan keperawatan berdasarkan pada kebutuhan manusia, keperawatan dilaksanakan secara universal terjadi pada semua tingkat manusia. Tingkah laku dalam keperawatan meliputi rasa simpati, empati, menghargai orang lain, tenggang rasa. Keperawatan menghargai kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut manusia. Keperawatan membantu klien mengenal dirinya, sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan yang unik.

Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan keperawatan adalah salah satu bentuk “pelayanan profesional sebagai integral dari pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologi sosial, dan spiritual secara komprehensif diajukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit, mencakup siklus hidup manusia”.

C. Proses input transformasi-output

1. Input

Input merupakan subsistem yang memberikan masukan untuk berfungsinya sebuah sistem. Dalam sistem pelayanan kesehatan, input dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan, dll.

2. Proses

Proses merupakan kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari suatu sistem, misal berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.

3. Output

Output mereupakan hasil dari sebuah proses. Misalnya, pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien, dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat sehingga klien sembuh dan sehat optimal.

4. Dampak

Dampak adalah akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sistem, yang terjadi relatif lama. Misalnya, dalam sistem pelayanan kesehatan dampaknya adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.

D. Penerapan sistem dalam penggunaan proses keperawatan

Penerapan sistem dalam penggunaan proses keperawatan meliputi beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan manganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan seorang pasien.

Tujuan pengkajian adalah untuk memberikan suatu gambaran yang terus mengenai kesehatan pasien, yang memungkinkan tim perawatan merencanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara perorangan.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai dilakukan sejak klien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara terus-menerus serta pengkajian dapat dilakukan ulang untuk menambah dan melengkapi data yang telah ada. Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas data primer dan data sekunder :

· Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari klien bagaimanapun kondisi klien.

· Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pasien seperti dari perawat, dokter, ahli gizi, ahli fisiotheraphy, keluarga atau kerabat klien, catatan keperawatan serta hasil pemeriksaan penunjang lainnya.

Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu :

· Wawancara yaitu melalui komunikasi untuk mendapatkan respon dari pasien dengan tatap muka.

· Observasi yaitu dengan mengadakan pengamatan secara visual atau secara langsung kepada pasien.

· Konsultasi yaitu dengan melakukan konsultasi kepada yang ahli spesialis bagian yang mengalami gangguan.

· Melalui pemeriksaan seperti inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi serta pemeriksaan fisik lainnya, seperti pengukuran EKG.

b. Pengelompokan data

Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data-data terkumpul dikelompokkan, data dapat dibagi atas data dasar dan data khusus.

· Data dasar terdiri dari data fisiologis / biologi, data psikologis, data social, data spiritual dan data tentang tumbuhkembang klien.

· Data khusus adalah data yang bersipat khusus. Misalnya laporan intake dan output cairan selama operasi, hasil pemeriksaan hematology, pemeriksaan roentgen dan sebagainya.

Selain data diatas, berdasarkan cara pengumpulan data dibagi atas data objektif dan data subjektif.

· Data objektif adalah data yang diperoleh perawat berdasarkan hasil pemeriksaan atau observasi secara langsung.

· Data subjektif adalah data yang diperoleh berdasarkan keluhan atau perkataan klien atau keluarganya.

c. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan

Tahapan terakhir dari pengkajian adalah analisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan. Proses keperawatan analisa adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi pasien. Analisa data dilakukan melalui pengesahan data, pengelompokkan data, membandingkan data, menentukan ketimpangan / kesenjangan serta membuat kesimpulan tentang kesenjangan masalah yang ada.

2. Tahap Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status / masalah kesehatan aktual / potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi :

a. Adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah / penyakit.

b. Faktor-faktor berkontraksi / penyebab adanya masalah.

c. Kemampuan klien mencegah / menghilangkan masalah.

Diagnosa keperawatan berorientasi kepada kebutuhan dasar manusia, berdasarkan pada kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow, memperlihatkan respon individu / klien terhadap penyakit dan kondisi yang dialaminya.

3. Tahap Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktifitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien.

Tahap perencanaan keperawatan adalah :

a. Proses penentuan prioritas

Proses ini dimulai dengan membuat prioritas diagnosa keperawatan, urutan prioritas diagnosa keperawatan menunjukkan masalah tersebut menjadi prioritas untuk dilakukan intervensi keperawatan. Meskipun demikian tidak berarti bahwa satu diagnosa harus dipecahkan dahulu secara total baru mengerjakan diagnosa berikutnya. Biasanya beberapa diagnosa keperawatan dapat diatasi secara bersamaan.

b. Penetapan sasaran dan tujuan

Pada proses ini dilakukan setelah penetapan urutan prioritas diagnosa keperawatan. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dalam mengurangi atau mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan. Sedangkan tujuan menggambarkan penampilan, hasil atau perilaku klien yang berhubungan dengan sasaran. Perencanaan tujuan bermanfaat dalam merancang, mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan keperawatan kepada klien.

c. Penentuan kriteria evaluasi

Kriteria adalah standar yang dipakai untuk mengevaluasi penampialan klien. Misalnya klien dapat menyebutkan empat komplikasi diabetes millitus. Kriteria diperlukan apabiala tujuan belum spesifik dan tidak dapat diukur.

d. Rencana intervensi

Adalah bagian akhir dari perencanaan dimana perawat memutuskan srategi dan intervensi keperawatan yang akan dilakukan. Strategi dan tindakan yang dilakukan diarahkan langsung pada etiologi atau faktor pendukung dari diagnosa keperawatan.

4. Tahap implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan, keterampilan interpersonal, intelektual, dan tekhnikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.

Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :

a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.

b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan ( intervensi independent, dependen dan interdependen).

c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

5. Tahap evaluasi

Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketetapan intervensi keperawatan. Akhirnya, penggunaan proses keperawatan secara tepat pada praktek keperawatan akan memberi keuntungan pada klien dan perawat. Kualitas asuhan keperawatan diharapkan dapat ditingkatkan. Perawat dapat mendemonstrasikan tangguang jawab dan tangguang gugatnya yang merupakan salah satu ciri profesi dan yang amat penting adalah menjamin efisiensi dan efektifitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.

6. Tahap dokumentasi

Dokumentasi proses keperawatan merupakan metode pencatatan proses keperawatan yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, dokumentasi masalah, perencanaan, tindakan.

E. Hubungan sistem dengan subsistem dan supra sistem

Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, output (hasil/keluaran), dan umpan balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang keperawatan secara menyeluruh dan sistematik, tidak parsial atau fragmentis. Keperawatan sebagai suatu sistem merupakan satu kesatuan yang utuh dengan bagian-bagiannya yang berinteraksi satu sama lain. Keperawatan dapat diartikan sebagai keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam usaha mencapai tujuan akhir.

Keperawatan dapat digambarkan sebagai kesatuan subsistem dan membentuk satu sistem yang utuh. Sitem pendidikan ini memperoleh input dari suprasistem (masyarakat atau lingkungan) dan memberikan output bagi suprasistem tersebut. Subsistem yang membentuk sistem keperawatan adalah tujuan, klien, manajemen, struktur dan jadwal waktu, asuhan keperawatan, tenaga perawat dan tim kesehatan lain, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian, serta biaya perawatan.

Interaksi fungsional antarsubsistem keperawatan disebut sebagai proses keperawatan. proses keperawatan dapat terjadi dimana saja, tidak terbatas lingkungan rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya. Melalui proses keperawatan diperoleh hasil (output) keperawatan. hasil keperawatan adalah asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan. Tujuan keperawatan masing-masing tingkatan perawatan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan bermuara pada tujuan kesehatan nasional.

Beberapa penerapan sistem keperawatan :

· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan yang potensial kepada klien. Asuhan Keperawatan saling berhubungan dengan tim pelayanan kesehatan lainnya seperti dokter, radiologi, klien/pasien, IPTEK, tim rumah tangga di RS, gizi, laboratorium, dan sistem pendukung lainnya.

· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan

Penerapan sistem dalam penyelenggaraan pendidikan keperawatan juga saling berhubungan dengan pelayanan lainnya seperti IPTEK, AIPNI, PPNI, Penyelenggara pendidikan keperawatan, kebutuhan masyarakat, kebijakan pendidikan nasional keperawatan, dan profesi lain.

· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pengembangan Profesi Keperawatan

Penerapan sistem ini berhubungan dengan masyarakat, kebijakan nasional, PPNI, faktor lain, AIPNI, IPTEK, institusi pendidikan keperawatan. Dengan bekerjasama bersama peleyanan-pelayanan lainnya sehingga pengembangan profesi keperawatan dapat berjalan dengan lancar.

· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Secara Umum

Pelayanan kesehatan dalam penerapannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan dan manajemen, kebutuhan pelayanan kesehatan, konsep kesehatan, tujuan pembangunan kesehatan, IPTEK, dan berbagai profesi kesehatan.

F. Pengaruh pada Pelayanan Kesehatan ditinjau dari persfektif Sistem

· Internal

a. Bagi profesi dengan pendekatan sistem dan proses keperawatan, perawat dapat mempertanggung jawabkan tugasnya sesuai dengan standar. Jadi akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan profesi Keperawatan secara keseluruhan.

b. Bagi Perawat akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan kecintaan pada profesi.

c. Kemampuan memanfaatkan hasil/keluaran dari pendidikan

d. Kemampuan dalam pengadaan dan pengembangan sumber daya pendidikan.

· Eksternal

a. Bagi Klien dapat memfasilitasi keterlibatan klien dan keluarga dalam perawatan disetiap tahapan proses keperawatan.

b. Tekanan dan Tuntutan kebutuhan Masyarakat

c. Perkembangan global Keperawatan Profesional

BAB III

KESIMPULAN

Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan alat yang memiliki hubungan diantara mereka. Sistem secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sesuatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian keperawatan, dapat diartikan sebagai satu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam upaya mencapai tujuan akhir.

Komponen Sistem dalam keperawatan meliputi Manusia, Lingkungan, Kesehatan, Keperawatan. Manusia adalah makhluk bio-psikososial yang utuh dan unik yang mempunyai kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual. Manusia selalu hidup dalam suatu lingkungan tertentu meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, Output (hasil/Keluaran) dan umpan balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang keperawatan secara menyeluruh dan sistematik, tidak parsial dan Fragmentis.

Beberapa penerapan sistem keperawatan :

a. Penerapan sistem dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan

b. Penerapan sistem dalam penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan

c. Penerapan sistem dalam penyelenggaraan pengembangan Profesi Keperawatan

d. Penerapan sistem dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz,A. Halimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Catatan ketiga-Jakarta ; Salemba Medika, 2008

Gaffa, JL, 1999: 2. Pengantar keperawatan profesional

Haryanto. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Pemetaan Konsep- Jakarta ; Salemba Medika, 2007

Kusnanto, S.Kep, M.Kes, Materi Seminar Nanda NIC NOC dalam Kurikulum Pendidikan Ners 2010

Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep. Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan, Jakarta; EGC, 2009

Kusnanto, S.Kep, M.Kes, Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional – Jakarta ; EGC, 2004



Sabtu, 23 Oktober 2010

Prinsip dasar Kecerdasan Emosional untuk Perawat

Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ, pada tahun 1995, telah membangkitkan minat yang sangat besar mengenai peran kecerdasan emosional dalam kehidupan manusia.
Tidak terkecuali dengan profesi keperawatan. Dengan kegiatannya yang setiap saat berinteraksi dengan manusia, perawat memerlukan tidak hanya IQ yang bagus, namun kecerdasan emosional (EQ) yang ‘tidak biasa’. Penelitian tentang kecerdasan emosional telah memperlihatkan bahwa EQ adalah penilaian yang bisa mencegah munculnya perilaku yang buruk. Stigma negatif yang menyatakan bahwa perawat itu ‘judes’, ‘cuek’,‘pemarah’, dan stigma-stigma negatif lain akan mampu dihilangkan jika perawat mampu memiliki kecerdasan emosional yang baik.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektualnya.


Menurut Reuven Bar-On, Kecerdasan Emosional terbagi dalam 5 Tahap yang Secara ringkas digambarkan dalam penjelasan berikut:

1. Intrapribadi

Biasanya disebut sebagai “inner self” (diri terdalam, batiniah). Dunia intrapribadi menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses dalam ranah ini mengandung arti bahwa kita bisa mengungkapkan perasaan kita, bisa hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinan kita. Tahap ini terdiri dari 5 komponen yaitu:

a. Kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut. Kesadaran diri yang sangat rendah dialami penderita alexythimia (tidak mampu mengungkapkan perasaan secara lisan)

b. Sikap asertif (ketegasan, keberanian menyatakan pendapat), yang meliputi tiga komponen dasar: (1) kemampuan mengungkapkan perasaan (misalnya untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat, dan seksual); (2) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka (mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini dan bahkan sekalipun kita mungkin harus mengorbankan sesuatu);dan (3) kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi (tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita). Orang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu – mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara langsung) tanpa bertindak agresif maupun melecehkan.

c. Kemandirian, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional.
Orang yang mandiri mengandalkan diri sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan penting. Kendati demikian, mereka bisa saja meminta dan mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat keputusan yang tepat bagi mereka sendiri. Ingat, meminta pendapat orang lain jangan selalu dianggap pertanda ketergantungan. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri, mereka tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan diri dan kekuatan batin seseorang, dan keinginan untuk memenuhi harapan dan kewajiban tanpa diperbudak oleh kedua jenis tuntutan itu.

d. Penghargaan diri, yaitu kemampuan untuk menghormati dan menerima diri sendiri sebagai pribadi yang pada dasarnya baik. Menghormati diri sendiri intinya adalah menyukai diri sendiri apa adanya. Penghargaan diri adalah kemampuan untuk mensyukuri berbagai aspek dan kemungkinan positif yang kita cerap dan dan juga menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri kita dan tetap menyukai diri kita. Penghargaan diri adalah memahami kelebihan dan kekurangan kita,dan menyukai diri sendiri, “dengan segala kekurangan dan kelebihannya”. Unsur dasar dari kecerdasan emosional ini dikaitkan dengan berbagai perasaan umum, seperti rasa aman, kekuatan batin, rasa percaya diri, dan rasa sanggup hidup mandiri. Perasaan yakin pada diri sendiri ditentukan oleh adanya rasa hormat diri dan harga diri, yang tumbuh akibat kesadaran akan jati diri – kesadaran yang berkembang dengan cukup baik. Orang yang memiliki rasa penghargaan diri yang bagus akan merasa berpuas dengan diri mereka sendiri.Lawan dari penghargaan diri adalah rasa rendah diri dan rasa tidak puas pada diri sendiri.

e. Aktualisasi diri, yaitu kemampuan untuk mengejawantahkan kemampuan kita yang potensial. Unsur kecerdasan emosional ini diwujudkan dengan ikut serta dalam perjuangan untuk meraih kehidupan yang bermakna, kaya, dan utuh. Berjuang mewujudkan potensi kita berarti mengembangkan aneka kegiatan yang dapat menyenangkan dan bermakna, dan bisa juga diartikan sebagai perjuangan seumur hidup dan kebulatan tekad untuk meraih sasaran jangka panjang. Aktualisasi diri adalah suatu proses perjuangan berkesinambungan yang dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita secara maksimal, dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri kita secara menyeluruh. Kegairahan terhadap bidang yang kita minati akan menambah semangat dan motivasi untuk terus memupuk minat itu. Aktualisasi diri merupakan bagian dari rasa kepuasan diri.

2. Antarpribadi

Dikenal sebagai keterampilan berinteraksi. Mereka yang berperan dengan baik dalam tahap ini biasanya bertanggungjawab dan dapat diandalkan. Mereka memahami, berantaraksi, dan bergaul dengan baik dengan orang lain dalam berbagai situasi. Mereka membangkitkan kepercayaan dan menjalankan perannya dengan baik sebagai bagian dari suatu kelompok. Tahap ini terdiri dari 3 komponen, yaitu:

a. Empati,yaitu kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Empati adalah “menyelaraskan diri” (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya.
Bersikap empatik artinya mampu “membaca orang lain dari sudut pandang emosi”. Orang empatik peduli pada orang lain dan memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka.

b. Tanggungjawab sosial,yaitu kemampuan untuk menunjukkan bahwa kita adalah anggota kelompok masyarakat yang dapat bekerja sama, berperan, dan konstruktif. Unsur kecerdasan emosional ini meliputi bertindak secara bertanggungjawab, meskipun mungkin kita tidak mendapatkan keuntungan apa pun secara pribadi, melakukan sesuatu untuk dan bersama orang lain, bertindak sesuai hati nurani,dan menjunjung tinggi norma yang berlaku di masyarakat. Orang yang mempunyai tanggungjawab sosial memiliki kesadaran sosial dan sangat peduli pada orang lain. Kesadaran sosial dan kepedulian ini tampak dalam kemampuaanya memikul tanggungjawab hidup bermasyarakat. Orang yang mempunyai tanggungjawab sosial memiliki kepekaan antarpribadi dan dapat menerima orang lain,serta dapat menggunakan bakatnya demi kebaikan bersama,tidak hanya demi dirinya sendiri. Orang yang tidak mempunyai tanggungjawab sosial akan menunjukkan sikap antisosial, bertindak sewenang-wenang pada orang lain,dan memanfaatkan orang lain.

c.Hubungan antarpribadi, yaitu kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Kepuasan bersama ini mencakup antaraksi sosial bermakna yang berpotensi memberikan kepuasan serta ditandai dengan saling memberi dan menerima. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi yang positif dicirikan oleh kepedulian kepada sesama. Unsur kecerdasan emosional ini tidak hanya berkaitan dengan keinginan untuk membina persahabatan dengan orang lain, tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan nyaman berada dalam jalinan hubungan tersebut, serta kemampuan memiliki harapan positif yang menyangkut antaraksi sosial.

3. Tahap Penyesuaian diri
Berkaitan dengan kemampuan kita untuk menilai dan menanggapi situasi yang sulit. Keberhasilan dalam tahap ini mengandung arti bahwa kita dapat memahami masalah dan merencanakan pemecahan yang ampuh, dapat menghadapi dan memecahkan masalah keluarga, serta dapat menghadapi konflik, baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan kerja. Tahap ini terdiri dari 3 komponen, yaitu:

a. Pemecahan masalah, yaitu kemampuan untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahan yang ampuh. Memecahkan masalah bersifat multifase dan mensyaratkan kemampuan menjalani proses berikut: (1) memahami masalah dan percaya pada diri sendiri, serta termotivasi untuk memecahkan masalah itu secara efektif; (2) menentukan dan merumuskan masalah sejelas mungkin (misalnya dengan mengumpulkan informasi yang relevan); (3) menemukan sebanyak mungkin alternatif pemecahan (misalnya curah gagasan); (4)mengambil keputusan untuk menerapkan salah satu alternatif pemecahan (misalnya menimbang-nimbang kekuatan dan kelemahan setiap alternatif, kemudian memilih alternatif yang terbaik); (5)menilai hasil penerapan alternatif pemecahan yang digunakan,dan(6) mengulang proses di atas apabila masalahnya tetap belum terpecahkan. Pemecahan masalah berkaitan dengan sikap hati-hati,disiplin,dan sistematik dalam menghadapi dan memandang masalah. Kemampuan ini juga berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan menghadapi, bukan menghindari masalah.

b. Uji realitas, yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami dan apa yang secara objektif terjadi. Uji realitas adalah “menyimak” situasi yang ada di depan kita. Uji realitas adalah kemampuan melihat hal secara objektif, sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita inginkan atau takutkan. Menguji derajat kesesuaian ini mensyaratkan pencarian bukti- bukti objektif untuk menegaskan, membenarkan, dan mendukung perasaan, persepsi, dan pikiran kita. Penekanannya adalah pada kepragmatisan, keobjektifan, cukupnya persepsi kita,dan keaslian gagasan serta pikiran kita. Aspek penting unsur kecerdasan emosional ini meliputi kemampuan berkonsentrasi dan memusatkan perhatian kita berusaha menilai dan menghadapi situasi yang ada di depan kita. Uji realitas ini berkaitan dengan tidak menarik diri dari dunia luar, penyesuaian diri dengan situasi langsung, dan ketenangan serta kejelasan persepsi dan proses berpikir. Secara sederhana, uji realitas adalah kemampuan untuk secara akurat “menilai” situasi yang ada di depan kita.

c. Sikap fleksibel,yaitu kemampuan menyesuaikan emosi,pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi. Unsur kecerdasan emosional ini mencakup seluruh kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak biasa, tidak terduga, dan dinamis. Orang yang fleksibel adalah orang yang tangkas, mampu bekerjasama yang menghasilkan sinergi, dan dapat menanggapi perubahan secara luwes. Orang seperti ini bersedia berubah pikiran jika ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka salah. Pada umumnya mereka terbuka dan mau menerima gagasan, orientasi, cara, dan kebiasaan yang berbeda. Kemampuan mereka untuk mengubah pikiran dan perilaku tidaklah semau gue ataupun dibuat-buat, melainkan sesuai dengan umpan balik perubahan yang mereka terima dari lingkungan. Orang yang tidak memiliki kemampuan ini cenderung kaku dan keras kepala. Mereka sulit beradaptasi di lingkungan yang baru dan kurang pintar memanfaatkan peluang baru.

4. Tahap Pengendalian Stres
Berkaitan dengan kemampuan menanggung stress tanpa harus ambruk,hancur,kehilangan kendali, atau terpuruk.Keberhasilan dalam ranah ini berarti bahwa kita biasanya dapat tetap tenang, jarang bersifat impulsif, dan mampu menghadapi tekanan. Di lingkungan kerja, kemampuan ini sangat vital jika kita selalu menghadapi pekerjaan yang tenggatnya ketat dan karena harus jungkir balik memenuhi berbagai macam tuntutan yang menyita waktu. Di rumah, kemampuan ini memungkinkan kita tetap dapat menjalankan tugas rumah tangga yang padat sambil sekaligus menjaga kesehatan.Tahap ini terdiri dari 2 komponen, yaitu:

a. Ketahanan menanggung stres, yaitu kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan positif menghadapi stress. Kemampuan ini didasarkan pada: (1) kemampuan memilih tindakan untuk menghadapi stres (banyak akal dan efektif, dapat menemukan cara yang pas,tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya); (2) sikap optimis menghadapi pengalaman baru dan perubahan pada umumnya dan optimis pada kemampuan sendiri untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapi; dan(3)perasaan bahwa kita dapat mengendalikan atau berperan dalam menangani situasi stres dengan tetap tenang dan memegang kendali. Ketahanan menanggung stres berarti memiliki segudang tanggapan yang sesuai untuk menghadapi situasi yang menekan. Ketahanan ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar, serta kemampuan menghadapi kesulitan dengan kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang tahan menghadapi stres akan menghadapi,bukan menghindari krisis dan masalah, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa. Perasaan cemas, yang sering muncul ketika ketahanan ini luntur, akan berdampak buruk pada kinerja secara umum karena kecemasan akan menurunkan konsentrasi, sulit mengambil keputusan, dan muncul masalah somatik seperti gangguan tidur.

b. Pengendalian impuls,yaitu kemampuan menolak atau menunda impuls, dorongan, atau godaan untuk bertindak. Pengendalian impuls ini mencuatkan kemampuan menampung impuls agresif, tetap sabar dan mengendalikan sikap agresif,permusuhan, serta perilaku yang tidak bertanggungjawab. Masalah dalam hal pengendalian impuls ini akan muncul dalam bentuk sering merasa frustasi, impulsif, sulit mengendalikan amarah, bertindak kasar, kehilangan kendali diri, menunjukkan perilaku yang meledak-ledak dan tak terduga.

5. Tahap Suasana hati umum

berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Tahap ini terdiri dari 2 komponen, yaitu:

a. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan kita, bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta bersenang-senang. Kebahagiaan adalah gabungan dari kepuasan diri, kepuasaan secara umum, dan kemampuan menikmati hidup. Orang yang bahagia sering merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja maupun pada waktu luang; mereka menikmati hidup dengan bebas, dan menikmati kesempatan untuk bersenang-senang. Kebahagiaan berhubungan dengan perasaan riang dan penuh semangat. Kebahagiaan adalah produk sampingan dan/atau barometer yang menunjukkan derajar kecerdasan dan kinerja emosional kita.Orang yang derajat kebahagiaannya rendah dapat menderita gejala depresi, seperti cenderung merasa cemas, merasa tidak pasti akan masa depan, menarik diri dari pergaulan, kurang semangat,berpikiran murung,merasa bersalah, tidak puas pada hidup dan,dalam kasus yang ekstrem, memikirkan dan berperilaku yang mengarah ke bunuh diri.

b. Optimisme, yaitu kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan. Optimisme adalah pendekatan yang positif terhadap kehidupan sehari-hari. Optimisme adalah lawan pesimisme,yang merupakan gejala umum depresi.

Itulah 15 prinsip dasar yang seharusnya dimiliki seorang perawat. Bisa dipastikan jika semua perawat khususnya yang ada di Indonesia tahu, mau, dan mampu memahami dan menerapkan 15 prinsip dasar diatas, maka kualitas Asuhan Keperawatan yang diberikan tidak akan mengecewakan, dan tentu saja stigma negatif yang selama ini ada dalam diri perawat akan luntur berganti dengan pandangan-pandangan yang positif. Yakinlah…

Jadilah Perawat Yang Profesional

Sumber : Keperawatan.net

Cari Blog Ini

Pengikut