Kamis, 24 Juni 2010

Askep Hipertensi


Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom,1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan

Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

* Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
* Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
* Penurunan berat badan
* Penurunan asupan etanol

b. Menghentikan merokok
c. Diet tinggi kalium
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
e. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi Keperawatan :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Hasil Yang Diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Jumat, 18 Juni 2010

Manfaat Teh Rosella



TEH ROSELLA atau TEH MERAH dikenal dengan nama beragam : Teh Rosella, Hibiscus tea, Teh Mekkah, Teh Yaman. Disebut juga Karkade (Arab), Kezeru (Jepang), Merambos Hijau (Jateng), Asam kesur (Meranjat), Kesew Jawe (Pagar Alam), Asam Jarot (Sp. Padang), Asam Rejang (Muara Enim) dan Hisbiscus Sabdariffa L. (Latin)

Tiap 100 gr mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. Kandungan vitamin C 3 kali lipat anggur hitam, 9 kali lipat jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah belimbing dan 2,5 kali lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji (kelutuk). Selain itu Teh Rosella mengandung KALSIUM tinggi ( 486 mg / 100 gr) , Magnesium serta Omega 3. Teh Rosella juga diperkaya Vitamin A, Iron, Potasium, Beta Caroteen & Asam Esensial

Manfaat dari Teh Rosella ini antara lain :
1. Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
2. Menormalkan kadar GULA DARAH , ASAM URAT dan KOLESTEROL dalam tubuh.
3. Baik untuk PEROKOK karena dapat mengurangi dampak negatif dari Nikotin. Membasmi virus TBC dan mengurangi ketergantungan terhadap NARKOBA seta mencegah KANKER.
Mengatasi BATUK, Sakit Tenggorokan, Mengobati Sariawan.
4. Mengawetkan kehalusan kulit dan Mengurangi Keriput.
5. Dapat menurunkan berat badan, cocok untuk program diet.
6. Melindungi dari infeksi kuman, anti bakteri , anti virus serta dapat mengobati keracunan.
7. Bagi Anak-anak bermanfaat mempercepat pertumbuhan OTAK, karena mengandung OMEGA-3 dan memacu pertumbuhan DHA.
8. Memperbaiki metabolisme tubuh, memperlambat menopouse dan tulang keropos / pengapuran tulang.

Sumber : http://www.99-health.blogspot.com/

Kamis, 17 Juni 2010

Slide Penyuluhan DBD



PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) adalah Penyakit infeksi akut yang disebabkan virus dengue yang ditandai dengan Demam dan adanya tanda perdarahan khas.


Untuk Masyarakat umum sangat penting mengetahui penyakit DBD ini, bagaimana cara penularannya, cara penanganannya serta cara mencegah.

untuk menambah wawasan anda silahkan Download Slide Penyuluhan DBD ini, gratis lho...

Meningitis


Meningitis






A. Pengertian

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meningens, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

B. Etiologi
Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.

C. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

D. Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

E. Manifestasi klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb :
Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Analisis CSS dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : meningkat (meningitis)
LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
Elektrolit darah : Abnormal.
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

G. Komplikasi
- Hidrosefalus obstruktif
- MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
- Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
- SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
- Efusi subdural
- Kejang
- Edema dan herniasi serebral
- Cerebral palsy
- Gangguan mental
- Gangguan belajar
- Attention deficit disorder.

Tips penanganan sakit gigi



di antara penyakit ringan hingga berat, sakit gigi adalah yang paling menjengkelkan bagi kita. Betapa tidak, Anda jadi sulit menikmati makanan yang ada di dalam mulut Anda. Sedikit saja si gigi yang sedang sakit itu tersentuh, ah rasanya bagaikan dijatuhi beban puluhan ton

Walau tergolong penyakit yang termasuk ringan, sebaiknya Anda tidak meremehkannya. Mengapa? karena di dalam gigi juga tertanam syaraf-syaraf penting yang berhubungan langsung dengan otak dan indera lainnya. Jadi segera obati gigi Anda jika ia mulai sakit.
Untuk langkah cepat dan hemat waktu, beberapa obat pereda rasa sakit mungkin menurut Anda akan banyak membantu. Padahal fakta mengatakan bahwa jenis obat tersebut akan memunculkan kekebalan tersendiri pada tubuh. Dan akhirnya malah ketika rasa sakit itu datang, Anda kecanduan untuk mengonsumsi obat kimia tersebut. Ya tentu saja itu tidak baik untuk kesehatan Anda.

Kembali ke alam dan nikmati perawatan secara alami oleh beberapa bahan alami yang mudah Anda temui bahkan di dapur Anda. Hmm…apa saja sih obat-obat mujarab tersebut?
Massage es balok
Es balok siap membantu meringankan sakit gigi Anda. Ah yang benar? bagaimana bisa hilang jika dinginnya saja membuat Anda ngilu? Ikuti triknya di sini, ambil sepotong kecil es balik dan letakkan di antara jari telunjuk dan ibu jari. Pijat perlahan di bagian tersebut, nah kini bisa Anda rasakan perlahan rasa sakit itu mulai hilangkan?

Pemijatan nyaman oleh si es balok menyentuh sel-sel syaraf yang terdapat di sekitar ibu jari dan telunjuk. Pemijatan yang dilakukan si es balok langsung ke pusat syaraf, sehingga 60 – 90% rasa sakit yang Anda rasakan cepat menghilang. Lebih aman daripada pereda sakit kan?

Bawang putih
Potong halus si bawang putih (1 siung bawang putih), kemudian taburkan sedikit garam. Kunyah di daerah yang sakit dan tak lama kemudian rasa sakit di gigi Anda akan menghilang perlahan. Anda juga boleh menggunakannya sebagai terapi untuk memperkuat struktur tulang gigi Anda.

Bawang merah
Tak hanya si bawang putih, namun bawang merah juga mampu meringankan rasa sakit gigi Anda. Selain itu, kandungan enzim dalam bawang merah dapat membantu membunuh kuman-kuman jahat di dalam mulut.

Jeruk nipis
Peras sari jeruk nipis, pulaskan pada bagian gigi yang sakit sesendok demi sesendok setiap 10 menit sampai sari jeruk tersebut habis. Selain kaya akan vitamin C, sari jeruk tersebut juga berfungsi sebagai pereda sakit gigi Anda.

Minyak cengkeh
Anda mungkin tahu bahwa cengkeh adalah salah satu komposisi penyusun rokok. Namun berbeda dengan cengkeh tersebut, sari minyak cengkeh sangat manjur untuk menyelamatkan gigi Anda dari serangan rasa ngilu. Caranya mudah, oleskan minyak cengkeh pada gigi Anda dengan bantuan kapas.

Garam
Tidak dianjurkan untuk mengonsumsi garam secara langsung, bukan karena efek samping, namun rasanya tentu sangat asin bukan? Namun di balik rasa asin ini, kandungan yodium yang tinggi juga meringankan ngilu gigi. Caranya mudah, taburkan garam dalam segelas air mineral hangat. Aduk kemudian gunakan sebagai sarana mouthwash. Berkumurlah setidaknya sampai Anda merasa cukup nyaman dan tak terlalu tersiksa oleh rasa sakit gigi.

Resep-resep jitu tersebut memang sangat sederhana, namun jangan pernah meremehkan khasiatnya ya. Dalam beberapa langkah sederhana saja, obat-obatan alami tersebut mengusir rasa sakit tanpa menimbulkan efek samping yang berbahaya.

sumber :www:pdgi-online.com

Rabu, 16 Juni 2010

Menonton Video Porno berpotensi gangguan Jiwa

Berita tentang video panas mirip artis ramai dibicarakan beberapa hari ini. Kalangan masyarakat banyak yang menyayangkan mengapa video panas adegan hubungan seks antara dua insan yang “belum tentu” sudah terikat dalam perkawinan ini beredar.

Dunia internet di Indonesia yang nyaris tanpa saringan membuat segalanya dengan mudah tersebar. Video panas tersebut bisa dilihat dengan hanya mendownloadnya di situs-situs yang menyediakannya secara gratis atau dengan menontonnya di situs youtube.com walaupun pada akhirnya ditutup.

Banyak pendapat ahli kemudian bermunculan, dari ahli agama sampai ahli pendidikan dan perkembangan anak. Semuanya menyesalkan terjadinya kejadian ini. Sesuatu yang bukan konsumsi publik menjadi terbuka segamblangnya di media internet yang saat ini sudah merambah ke desa-desa. Belum lagi kekhawatiran sebagian orang tua tentang anaknya yang juga bisa menikmati tontonan tak layak usia anak ini. Semua karena akses internet saat ini begitu mudah.

Sebagai seorang psikiater saya lebih menyoroti tentang beberapa istilah yang dipakai di ruang publilk oleh para ahli. Ada istilah yang kemudian muncul yaitu Scopophilia. Istilah ini sebenarnya jarang digunakan di dalam ranah ilmu kedokteran jiwa. Di dalam manual diagnostik gangguan jiwa terbitan The American Psychiatric Association istilah Voyeurism adalah istilah yang sama dengan Scopophilia.

Voyeurisme/Scopophilia, Apakah Kita Termasuk Di Dalamnya?
Dalam buku teks Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition (2007) disebutkan bahwa Voyeurism atau juga dikenal Scopophilia adalah seseorang yang mempunyai preokupasi (kecenderungan sikap) yang terus menerus secara fantasi maupun tindakan untuk mengamati (observing) orang-orang yang telanjang atau sedang melakukan aktifitas seks. Dalam konteks ini terlihat bahwa ada proses mengamati dan bukan ikut aktif di dalam kegiatan seks tersebut.

Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition (2007)

Dahulu semasa kuliah saya ingat betul ada seorang dosen mengatakan bahwa Voyuerism berasal dari kata Perancis, Voyeur, yang mana istilah ini merujuk pada suatu kegiatan “mengintip”, “memata-matai (spying)” suatu kegiatan seksual, membuka baju atau senang mengamati orang telanjang. Jadi hal ini dilakukan diam-diam tanpa sepengetahuan dari objek yang dilihatnya. Kondisi ini biasanya didiagnosis setelah berlangsung sekurangnya 6 bulan.

Tentang apa yang dilakukan oleh pelaku dalam video panas mirip artis ini sampai saat ini saya belum dapat menemukan kriteria diagnosis yang pas. Namun yang saya amati adalah bahwa tanpa disadari, kita sendiri menjadi penasaran dan terus mencari video panas ini, tujuannya untuk melihat apakah benar apa yang diberitakan media. Tanpa disadari kita juga mulai melakukan kegiatan yang sekiranya mirip dengan diagnosis gangguan jiwa voyeurism, mengamati orang lain bersenggama dan bahkan (mungkin) asyik menikmatinya.

Kita tanpa sadar menuduh orang lain dengan segala macam bentuk gangguan kejiwaan tanpa sadar bahwa kita sendiri melakukan perbuatan yang mengarah ke suatu diagnosis gangguan kejiwaan. Semoga kondisi ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.[](A)

dr.Andri,SpKJ
Psikiater, Anggota The American Psychosomatic Society
Anggota The Academy of Psychosomatic Medicine
Penanggung Jawab Klinik Psikosomatik RS Omni Internasional, Alam Sutera

Daun Salam cara murah atasi Asam Urat


Nama latinnya adalah Eugenia polyantha

Pohon salam biasa ditemui di dataran rendah sampai pegunungan. Menurut Profesor Hembing, pohon ini bisa digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tanin dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar dan buah.

Untuk pengobatan asam urat yang tinggi, berikut resepnya:

10 lembar daun salam direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.

Selasa, 15 Juni 2010

Tahukah Anda? Acar Timun Mampu Mengatasi Kejang Otot


Ternyata, acar timun tidak hanya enak dijadikan penyedap untuk beberapa jenis makanan. Sari atau air dari acara timun juga memiliki kemampuan untuk menyembuhkan kram otot.

Ada penjelasan ilmiah mengenai kemampuan yang luar biasa ini. Brigham Young University telah membuat suatu pengujian bagaimana sari acr timun ini bisa mempengaruhi kram otot yang disebabkan oleh latihan olahraga yang berat. Penelitiannya berangkat dari teori (meskipun belum dapat dikonfirmasi kebenarannya) bahwa beberapa elemen dari sari acar kemungkinan lebih mampu mengatasi kram daripada air, pisang, atau minuman yang mengandung elektrolit. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan apa yang menyebabkan kram pada orang-orang yang aktif, dan mengapa masalah ini begitu mudah terjadi.

"Kram otot yang disebabkan oleh latihan adalah salah satu misteri fisiologi yang berlanjut," tukas Gretchen Reynolds, seorang penulis blog di New York Times.

Para ilmuwan tampaknya tidak setuju mengenai mengapa orang yang rajin latihan mengalami kram dan bagaimana mengatasinya. Meskipun demikian, para pelatih atlet mulai mendengungkan kesuksesan yang mereka alami berkat penggunaan sari acar timun. Para trainer itu pun disurvei, untuk mengetahui seberapa sering mereka memberikannya pada klien, dan bagaimana hasilnya. Namun, studi Brigham Young ini dilaporkan baru merupakan uji laboratorium yang pertama mengenai hal tersebut.

Studi ini hanya dalam skala kecil saja. Sebanyak 10 mahasiswa yang sehat diminta melakukan latihan. Setelah berlatih hingga mengalami dehidrasi sedang, jari-jari para partisipan dirangsang secara elektrik. Hal ini menyebabkan kram, sehingga partisipan lalu diminta rileks sampai rasa tidak nyaman tersebut berangsung hilang.

Setelah itu, partisipan distimulasi lagi sehingga terjadi kejang otot yang kedua. Kali ini, mereka diminta meminum sekitar 60 ml air yang diionisasi atau sari acara timun. Dari percobaan ini terlihat bahwa partisipan yang hanya minum air rata-rata pulih setelah 2,5 menit. Namun ketika partisipan diberi sari acar timun, kram bisa sembuh 45 persen lebih cepat.

Memang sih, sulit sekali menciptakan kondisi kram akibat latihan dalam uji coba, apalagi kram tidak terjadi pada kelompok otot yang besar. Peneliti hanya menyarankan agar partisipan berlatih dengan cara yang benar dan perlahan, agar otot-otot tidak mengalami kelelahan. Cara umum lain untuk mengatasi kram adalah dengan melakukan peregangan.

sumber :
Kompas.com
http://www.ahliwasir.com/news/3023/Acar-Timun-Mampu-Mengatasi-Kejang-Oto

Tingkat Kecemasan Ibu Nullipara terhadap perlukaan jalan lahir pada partus normal

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan and Saddock, 2000). Sedangkan menurut Sturt dan Suden (2001) kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian intelektual pada sesuatu yang berbahayadan penyebab kecemasan itu terbagi atas :
A. Faktor Predisposisi, beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan, Antara lain :
a. Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah emosional antara Id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls seseorang sedang super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan. Kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensive terhadap tekanan dari dalam.
b. Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan adanya penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.
c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu sebagai respon yang dibiasakan terhadap stimulasi lingkungan spesifik. Selain karena model pembiasaan klasik, penyebab lainnya adalah teori belajar social, seseorang yang belajar untuk memiliki suatu respon kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang tuannya.
d. Teori Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga, ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Teori Biologi
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas, penghambat asam aminobutirik-gama neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan nasietas, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umumseseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
B. Faktor presipitasi, stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal, stressor dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system dari seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi dari seseorang.(Stuar and Sudeen, 2000). Menurut Carol Veste (2001), penyebab kecemasan adalah konflik yang tidak diketahui, tujuan hidup yang mendasar, ancaman pada diri, ancaman kematian, krisi situasi atau maturasi.

DOWNLOAD SELENGKAPNYA DISINI

Senin, 14 Juni 2010

Asuhan Kebidanan BBLR

Bayi Baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama kelahiran.
Tujuan Penanganan langsung pada BBL adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kehidupan bayi.

B. Asuhan Langsung Pada Bayi Baru Lahir
1. Menjaga dan mempertahankan suhu tubuh.
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu tubuhnya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
a. Mengeringkan bayi secara seksama.
Pastikan bahwa setelah bayi lahir segera dikeringkan sebagai upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain basah. Kemudian selimuti bayi denagn selimut atau kain hangat, kering dan bersih.
c. Menutupi bagian kepala bayi.
Pastikan bagian kepala diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan dengan cepat kehilangan panas tubuh jika bagian kepalanya tidak tertutup.
d. Menganjurkan kepada ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan upaya pencegahan kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan kepada ibu untuk sesegera mungkin menyusukan bayinya setelah lahir, sebaikya pemberian ASI dimulai dalam waktu satu jam setelah bayi lahir.
Menyusui secara bergantian dari payudara yang satu ke sebelahnya setiap kali menyusui atau hanya satu payudara pada satu kali meyusui, biasanya bayi baru minta makan 2 – 3 jam, pastikan bahwa bayi menysusu paling tidak setiap 4 jam.pastikan bahwa bayi mendapat cukup kolosterum selama 24 jam pertama, ASI pertama ini memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium, berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan.
2. Pemeriksaan Fisik Bayi.
Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap, ketika memeriksa bayi baru lahir, lakukan hal sebagai berikut :
a. Gunakan tempat yang bersih dan hangat untuk pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum dan setelah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
c. Lihat, dengar dan rasakan tiao-tiap daerah, dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistemik menuju jari kaki.
3. Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vit. K pada bayi baru lahir lakukan hal-hal berikut:
a. Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vit. K peroral 1 mg/hari selama tiga hari.
b. Bayi resiko tinggi diberikan Vit. K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 ml (IM).
4. Mencegah infeksi
a. Cuci tangan selalu sebelum memegang bayi.
b. Jaga tali pusat bayi agar selalu dalam keadaan bersih dan letakkan popok dibawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun, jangan memberikan apapun pada pusar.
- Ibu perlu menjaga kebersihan diri dan terutama payudaranya dengan mandi setiap hari.
- Seluruh badan dan tali pusat bayi perlu dibersihkan dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
- Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan siapapun yang memegang bayi harus mencuci tangannya terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Prawiharja Sarwono. 1994. Ilmu Kehidupan. Jakarta. Bina Pustaka
Masnjoer, A. Triyati.K, dkk. 2001. Kapita Selekta. Universitas Indonesia. Media Ausculapius.
Saifuddin, AB. Adrian.G.dkk. 2000. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
DOWNLOAD SELENGKAPNYA

Asuhan Kebidanan Flour Albus

Flour Albus merupakan gejala yang paling sering dijumpai dalam ginekologi, Flour Albus adalah cairan yang keluar dari vagina yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Secara normal seseorang wanita mengeluarkan cairan dari vagina yang berasal dari transudat dinding vagina, lender serviks dan kelenjar bartholini dan skene

Sebab-sebab Flour albus :
- Konstitusional pada keadaan Astheni, anemia, nefritis kronis dan pada bendungan umum (decompensatio Cordi, Cirrhosis Hepatis)
- Kelainan Endokrin seperti functional bleeding (kadar estrogen tinggi) pada kehamilan karena hidraemia dan pengaruh endokrin)
- Infeksi
a. Vulvitis – Vulvovaginitis disebabkan oleh streptococcus, Staphylococcus, Haemophilus Vaginalis, Basil TBC, Basil Colli, Protozoa : Tricomonas Vaginalis, Monilia atau Cacing Oxyuris (pd anak).
b. Vaginitis, sering terjadi pada anak dan wanita pada menopause.
c. Cervicitis oleh Gonococcus, Staphylococcus dan Streptococcus.
d. Endometritis terutama terjadi kalau ada sisa placenta.
e. Salpingitis.
Asal Flour
- Vulva, dihasilkan oleh kelenjar bartholini dan skene, secret ini bertambah pada perangsangan misalnya saat Coitus.
- Vagina, dibasahi oleh cairan transudat dan oleh lender dari serviks. Dalam kehamilan cairan vagina bertambah secara fisiologis.
- Cerviks, secret serviks yang normal bersifat jernih, liat, alkalis. Secret ini dipengaruhi oleh hormone-hormon ovarium baik kuantitas atau kualitas. Secret bertambah juga pada infeksi.
- Corpus Uteri, hanya menghasilkan secret pada fase ovulatoar. Secret ini bertambah pada endometritis akut, kalau ada sisa plasenta, polyp, mioma sub mukosa dan carcinoma.
- Tuba, walaupun jarang mengeluarkan Flour albus, kadang-kadang terjadi pada hydrosalpinx profluens.
Diagnosa
Diagnosa sebab Flour Albus dapat dicari dengan :
- Anamnesa : Apakah ada partner dengan Gonorhoe
- Keadaan Umum
- Pemeriksaan dalam : Pemeriksaan speculum untuk vagina dan serviks.
- Pemeriksaan mikrobiologis dan bakteriologis : serologis sifilis dan tes pap.
Komplikasi
Komplikasi Flour Albus adalah Pluritis, Eczema dan Candyloma Acuminata sekitar Vulva.
Penatalaksanaan
- Sekret merah muda, serosa banyak dan tidak berbau, mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri nonspesifik dan hipo estrogen.
Therapi : diberikan estrogen oral/ suppositoria / dianestrol
- Sekret putih, encer berbintik, banyak, bau apek disertai penyakit sistemik : BAK Panas, priritis Vulva, pseudotifa disebabkan oleh candida albicans.
Therapi : - Medika mentosa nistatin 3 x 500.000 iu/hari Oral (7-10 hari) atau 2 x 100.000 iu/hari pervaginam (14 hari)
- Kotrimokxazol
- Gentian violet 5%
- Mikonazole
- Krim Hydrokortison 0,5%
- Sekret kuning kehijauan, berbusa, merah, sangat banayk gatal, berbau busuk, nyeri tekan divulva dan disekitarnya, eritema vagina dengan petekie disebabkan oleh trikomonas vaginalis.
Therapi : Metronidazole 3 x 250 mg (oral) dan pemakaian kondom saaat berhubungan
- Sekret kuning kental sangat banyak, panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat miksi, didapat abses atau menjalar ke endometrium salpink. Disebabkan oleh Neisseriae Gonorrhoe.
Therapi : Penisilin Prokain IM 4,8 juta iu didahului probenazid 1 gr (oral) ½ jam sebelumnya atau Ampicillin 3,5 gr oral atau tetrasiklin / eritromisin 4 x 500 mg (10 hari)



Sumber
FK UPB, 1998, Gynekologi. PT.Elstar Offset. Bandung
Mansjoer, Arif dkk, 1999.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga. Media Aesculapius. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono dkk. Ilmu Kandungan, 1999. YBP-SP. Jakarta.
DOWNLOAD SELENGKAPNYA

Sabtu, 12 Juni 2010

tips merawat luka gangren


Apa itu gangrene ?

Gangrene adalah luka yang sudah membusuk dan bisa melebar, ditandai dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau karena disertai pembusukan oleh bakteri.
Adapun pada penderita diabetes melitus, jenis gangrene basah (diabetic gangrene) dan umumnya terdapat di kaki. Pada penderita diabetes melitus, gangrene disebabkan oleh neuropathy, angiopathy dan komplikasi lainnya. Untuk merawat agar luka gangrene tidak lebih parah, berikut ini beberapa tips merawat luka gangrene.Tips merawat luka gangrene pada pasien diabetik :


Lihat kondisi luka pasien, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan kotor atau tidak, ada apus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah dikaji, barulah dilakukan perawatan luka. Untuk perawatan luka biasanya menggunakan antiseptik ( NaCl) dan kassa steril.

Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru yang mulai tumbuh).

Lihat kedalaman luka, pada pasien diabetes dilihat apakah terdapat sinus ( luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak. Bila terdapat sinus, ada baiknya disemprot ( irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab pada sinus terdapat banyak kuman.

Lakukan pembersihan luka sehari minimal dua kali ( pagi dan sore), setelah dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah sudah tumbuh granulasi, (pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang dibasahi larutan NaCl).

Setelah luka dibersihkan, lalu ditutup dengan kassa basah yang diberi larutan NaCl lalu dibalut disekitar luas luka, dalam penutupan dengan kassa, jaga agar jaringan luar luka tidak tertutup. Sebab jika jaringan luar luka ikut tertutup akan menimbulkan masrasi (pembengkakan).

Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu ditutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut.

Jika luka sudah mengalami penumbuhan granulasi ( pertumbuhan jaringan kulit yang baik/ bagus yang membuat luka rata), selanjutnya akan ada penutupan luka tahap kedua ( skin draw), biasanya diambil dari kulit paha. Penanganan luka diabet, harus ekstra agresif sebab pada luka diabet kuman akan terus menyebar dan memperparah luka. ( Nara sumber : Zuster Dedeh Hermawati)

Selalu merasa sedih dan kesepian picu kanker payudara

Wanita yang selalu merasa kesepian dan sedih berisiko terkena kanker payudara. Demikian menurut studi terkini para peneliti dari Chicago University. Kok bisa? Apa hubungannya?

Meskipun fakta tersebut baru ditemukan pada tikus, namun para ahli mengatakan hal itu bisa juga terjadi pada manusia. Adanya studi ini mungkin bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan obat jenis baru dalam pencegahan kanker payudara yang menyerang bagian paling indah dari seorang wanita.

Para peneliti berasumsi bahwa rasa kesepian dan sedih akan membuat seseorang stres dan depresi. Rasa stres dan depresi yang muncul kemudian akan mengubah beberapa gen yang ada di jaringan payudara dan akan memicu pertumbuhan daging tidak normal (tumor).

Sebenarnya hubungan antara kesepian dan kanker payudara sudah ada sejak 100 tahun yang lalu, namun saat itu masih banyak kontroversi. Terdapat banyak konflik antar para peneliti mengenai hal tersebut.

Dr Suzanne Conzen dan rekannya yang menjalankan studi tersebut meneliti 2 grup tikus yang dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Satu grup ditempatkan dalam lingkungan sosial dan satunya lagi di tempat sunyi.

Kedua tikus diberi makanan dengan kuantitas dan kualitas yang sama. Mereka juga diberi akses berolahraga yang sama. Namun ternyata tikus yang hidup dalam lingkungan yang sunyi dan terisolasi memiliki tumor yang berkembang di payudaranya.

Peneliti menemukan bahwa tikus yang terisolasi lebih gugup dan melepaskan hormon stres yang lebih banyak seiring dengan pertambahan usia. Stres menyebabkan kelenjar mammary (buah dada) yang berada pada payudara wanita tumbuh dengan tidak normal.

Stres akibat kesepian ternyata tidak hanya meningkatkan pertumbuhan daging tidak normal dalam otak (tumor otak) tapi juga pada bagian tubuh termasuk payudara.

Studi yang dipulikasikan dalam jurnal Cancer Prevention Research tersebut menunjukkan bahwa lingkungan tidak hanya berpengaruh pada kesehatan mental tapi juga kesehatan fisik seperti penyakit kanker payudara. Beberapa studi lainnya juga menyebutkan bahwa kesepian juga penyebab diabetes, obesitas dan tekanan darah tinggi.

"Dukungan moril dan persahabatan bisa mengurangi risiko tersebut. Jadi para wanita sebaiknya jangan terlalu banyak bersedih dan carilah lingkungan yang bisa membuat Anda bersosialisasi. Jangan pernah mengisolasi diri sendiri dari dunia luar, dan jangan lupa lakukan screening untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk pada payudara Anda," ujar Dr Lesley Walker dari Cancer Research UK seperti dilansir Dailymail, Jumat (2/10/2009).

Sumber: detikcom

Jumat, 11 Juni 2010

Perawatan dan Penanganan Stroke


A. Merawat Pasien Stroke

Sebelum meninggalkan rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi lain, pasien dan orang yang merawat perlu menyadari semua tantangan dan tanggung jawab yang akan dihadapi. Meskipun sebagian besar pasien telah mengalami pemulihan yang cukup bermakna sebelum di pulangkan, sebagian masih memerlukan bantuan untuk turun dari tempat tidur, mengenakan pakaian, makan, dan berjalan.
Perlu dipastikan bahwa Anda mengetahui tentang layanan komunitas lokal yang dapat memberikan bantuan, termasuk dokter keluarga, perawat kunjungan rumah, ahli fisioterapi, petugas sosial, ahli terapi wicara, dan layanan relawan. Anda dapat membuat sebuah catatan harian sederhana yang mencakup rincian obat pasien dan waktu-waktu perjanjian bertemu dengan berbagai dokter atau profesional kesehatan lain. Sebaiknya kemajuan pasien dicatat setiap hari atau setiap Minggu.(4)

Berdasarkan statistik, pasien stroke yang bertahan hidup kemungkinan besar akan dirawat di rumah:

· Secara rata-rata, hingga 80 % pasien stroke kembali ke rumah dalam enam bulan.

· Sekitar 15% pasien, yang bertahan hidup melewati Minggu-minggu pertama setelah stroke, akhirnya akan dipindahkan ke unit rehabilitasi, di mana durasi menginap adalah sekitar 3 – 4 minggu.

· Sekitar separuh pasien yang bertahan hidup enam bulan setelah stroke akan mandiri secara parsial atau total untuk menjalani aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, dan bergerak.

· Ini mencakup sekitar 10% dari pasien yang memerlukan perawatan jangka panjang

· Sekitar sepertiga pasien yang bertahan hidup satu tahun tidak mampu memperoleh kembali kemandirian mereka, dan proporsi ini relatif tidak berubah setelah lima tahun.

Posisi di Tempat Tidur dan Terapi Fisik

Tempat tidur yang ideal bagi pasien stroke adalah tempat tidur yang padat dengan bagian kepala cukup keras untuk menopang berat ketika disandarkan; tempat tidur tunggal memungkinkan orang yang merawat meraih pasien dari kedua sisi. Pada beberapa kasus, ahli terapi okupasional merancang tempat tidur fungsional khusus bagi pasien.(1)

Pasien yang mengalami imobilisasi perlu diposisikan dan direposisikan dengan benar di tempat tidur karena hal ini dapat membantu mencegah komplikasi seperti pembentukan bekuan darah, dekubitus, pneumonia, kontraktor sendi, dan nyeri bahu. Pada banyak kasus, pasien yang mengalami imobilisasi dirawat secara penuh di fasilitas perawatan, namun jika Anda merawatnya di rumah, Anda dianjurkan mengikuti prosedur berikut :

  • Pastikan bahwa pasien memiliki kasur yang sesuai – bertanyalah kepada dokter atau ahli terapi okupasional jika perlu.
  • Balikkan pasien dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 – 3 jam sepanjang siang dan malam.

  • Ubahlah posisi lengan dan tungkai setiap 1 – 2 jam sepanjang siang dan malam hari
  • Pijatlah tungkai yang lumpuh sekali atau 2 kali sehari
  • Gerakkan semua sendi di tungkai yang lumpuh secara lembut dan perlahan-lahan (yaitu, lurus dan menekuk) 5 – 7 kali. Tahanlah sendi di setiap posisi selama sekitar 30 detik. Gerakan sebaiknya tidak menimbulkan nyeri. Ulangi proses ini setiap empat jam. Jika mungkin, cobalah memberi semangat pasien untuk bekerja sama dengan gerakan dan meningkatkan mobilitas mereka karena ini akan membantu mempercepat pemulihan.
  • Topanglah hemiplegik (lemah) dengan buah bantal. Jangan membaringkan pasien telentang atau menarik lengan yang lumpuh.

B. Membalik Pasien

Pasien yang mengalami imobilisasi perlu dibalik dan diposisikan secara reguler, bahkan pada malam hari. Tersedia beberapa seprai nilon (misalnya, Slippery Sam, Slide Sheets) yang mempermudah kita menggerakkan dan menggulingkan pasien. Untuk membalik pasien di tempat tidur, orang yang merawat harus menyelipkan lengan mereka di bawah tubuh pasien dan menarik pasien ke arah mereka. Jika pasien sudah terputar, bukalah dan kencangkan seprai di bawahnya.(3)

Punggung pasien juga harus juga diperiksa untuk melihat tanda-tanda dekubitus. Untuk mencegah timbulnya dekubitus, bersihkan kulit dengan air hangat, spons, dan sedikit antiseptik atau sabun paling tidak sekali sehari. Semua seprai yang basah harus langsung diganti.(3)

C. Bridging

Latihan ini dapat membantu pasien bergerak di tempat tidur. Pasien menekuk tungkai mereka yang kuat, dan orang merawat membantu dengan menekuk tungkai yang lemah dan menahannya dalam posisi yang dibutuhkan. Pasien kemudian mendorong kaki mereka ke tempat tidur, dan mengangkat panggul sehingga panggul dapat dipindahkan ke salah satu sisi dan menurunkan panggul ke posisi yang baru.(4)

D. Mencegah Pembentukan Bekuan Darah

Pemakaian obat anti – Pembekuan, aplikasi kompresi pneumatik intermiten, dan penggunaan kaus kompresi dapat membantu mencegah terbentuknya bekuan darah.

Dokter akan menjelaskan kapan tindakan ini diperlukan dan ia akan memberikan informasi yang Anda perlukan.(5)

E. Duduk di Tempat Tidur

Berilah pasien semangat untuk duduk dan bersandar ke bagian kepala tempat tidur sesegera mungkin – sebagian besar pasien stroke yang bertahan hidup mampu melakukan ini sendiri dalam satu Minggu. Mereka sebaiknya menghabiskan lebih banyak waktu duduk dari pada tidur telentang. Duduk lebih kecil kemungkinannya menyebabkan tersedak dan mempermudah pasien bernafas dan menelan. Jika mobilitas pasien sangat terhambat, alat pengangkat dapat membantu mereka bergerak di tempat tidur dengan aman. Dapat digunakan bantal tambahan untuk menyumbangkan pasien dan memberikan topangan di sisi yang lumpuh. Pada awalnya, mungkin diperlukan satu atau dua orang untuk menegakkan pasien, tetapi sebagian besar orang segera mampu melakukannya sendiri. Saat duduk, gunakan bantal untuk menopang lengan yang lumpuh/ lemah.(6)

F. Perawatan kulit

Perawatan kulit yang cermat sangat penting untuk mencegah dekubitus (luka karena tekanan) dan infeksi kulit; adanya hal-hal ini menunjukkan bahwa perawatan pasien kurang optimal. Keduanya sebaiknya dicegah alih-alih diobati, karena dekubitus menimbulkan nyeri dan sembuhnya lama, dan jika terinfeksi, luka ini dapat mengancam nyawa. Pada pasien stroke, dekubitus dapat terjadi karena berkurangnya sensasi dan mobilitas. Inkontesia dan malnutrisi, termasuk dehidrasi, juga meningkatkan risiko timbulnya dekubitus dan menghambat proses penyembuhan.(7)

Orang yang tidak dapat bergerak harus sering di putar dan tereposisi (lihatlah halaman 129), dan seprai mereka harus terpasang kencang. Bagi pasien yang hanya dapat berbaring atau duduk di kursi roda, bagian-bagian tubuh yang paling berisiko antara lain adalah punggung bawah (sakrum), pantat, paha, tumit, siku, bahu, dan tulang belikat (skapula). Sekali sehari, gunakan spons kering untuk membatali titik-titik tekanan ini agar mencegah tertekanya saraf dan terbentuknya dekubitus. Ketika melakukan hal ini, periksalah ada tidaknya abrasi, lepuh, dan kemerahan kulit yang tidak hilang ketika ditekan karena hal-hal ini menunjukkan awal dekubitus. Kulit pasien harus di jaga kering dan diberi bedak. (7)

Untuk pasien dengan fraktur atau inkontinesia urine atau fases, mengalami malnutrisi atau dehidrasi dan memiliki riwayat dekubitus (jaringan parut lebih lemah daripada jaringan sehat), reposisi harus dilakukan lebih sering. Setiap kali dilakukan pembersihan terhadap inkontinesia, kulit di sekitar juga perlu diperiksa. Semua bagian yang tertutup perlu dibersihkan, misalnya lipatan kulit yang dalam di bawah skrotum atau di antara pantat. (7)

Sebagian pasien yang hanya dapat berbaring di tempat tidur mungkin memerlukan kasur khusus, misalnya kasur udara. Namun, perlu diingat bahwa meski telah menggunakan alat ini, orang yang merawat tetap harus membalik dan mereposisi pasien dan mengikuti semua rekomendasi yang diberikan di sini atau oleh profesional perawatan kesehatan. (7)

Jika terbentuk luka, terapi akan paling efektif jika dimulai pada tahap awal luka. Tunjukkan segala sesuatu yang mungkin mencemaskan anda kepada ahli terapi, perawat, atau dokter. Identifikasi dekubitus oleh orang yang merawat sangat penting agar terapi efektif karena masalah komunikasi atau karena mereka tidak menyadarinya. (7)

G. Perawatan Mata dan Mulut

Pasien yang tidak dapat minum tanpa bantuan harus membersihkan mulutnya dengan sikat lembut yang lembab atau kapas penyerap sekitar satu jam. Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama untuk pasien yang sulit atau tidak dapat menelan.(8)

Gunakan kain lembab yang bersih untuk membersihkan kelopak mata pasien jika diperlukan. Jika pasien yang mengantuk terus membuka mata dalam jangka panjang, mata mereka dapat mengering, yang bisa menyebabkan infeksi dan ulkus kornea. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan penutupan mata dan penggunaan pelumas, salep, atau air mata buatan yang dapat di beli bebas (1 – 2 tetes setiap 3 – 4 jam) (8)

H. Mencegah Nyeri Bahu

Nyeri bahu merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien stroke, dialami oleh sekitar 1 dari 5 pasien dalam waktu enam bulan setelah stroke. Komplikasi ini disebabkan oleh peregangan dan peradangan sendi bahu yang melemah, dan sangat sering pada pasien dengan tungkai atas atau bawah yang lemah, atau mereka yang memiliki riwayat gangguan tungkai atas, diabetes melitus, dan tinggal sendiri di rumah.(9)

Seperti pada banyak komplikasi stroke lain, nyeri bahu jauh lebih mudah dicegah daripada diobati. Pada kenyataannya, sekali terbentuk, nyeri ini cenderung menetap, sering kali semakin buruk, terutama jika tidak terapi dengan benar, dan dapat menyebabkan cacat yang signifikan. Tindakan pencegahan terbaik adalah penempatan posisi dan reposisi di tempat tidur menopang lengan yang lemah (lumpuh) dengan bantal atau sandaran tangan jika mungkin; menghindari peregangan sendi bahu, terutama oleh tarikan pada lengan lemah; dan menopang lengan yang lemah dengan lengan yang normal atau dengan menggunakan perban sportif saat berjalan sehingga lengan tersebut tidak terkulai ke bawah. Pasien stroke jangan ditarik di lengannya yang lumpuh. (9)

I. Turun Dari Tempat Tidur Dan Bergerak

Segera setelah pasien mampu, bantulah mereka turun dari tempat tidur dan duduk di kursi yang nyaman untuk jangka pendek. Peningkatan mobilitas pasien harus lambat dan bertahap, dan jika mungkin, mengikuti rangkaian berikut : bergerak di tempat tidur dengan tungkai ke bawah, berdiri di samping tempat tidur, berjalan ke kursi, duduk di kursi, berjalan di lantai yang rata.(10)

Pasien harus perlu berupaya mencapai tingkat yang lebih tinggi. Hanya berbaring dan menunggu perbaikan sama artinya kehilangan kesempatan untuk pemulihan terbaik. Dalam hal ini, motivasi yang kuat, termasuk kepercayaan pada proses pemulihan, sangatlah penting. Semangati pasien untuk secara mental mencoba memerintahkan lengan atau tungkai mereka yang lumpuh untuk bergerak dan melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka dapat menggunakan lengan atau tungkai mereka yang sehat untuk membantu. Hal yang sama berlaku bagi fungsi lain yang hilang atau terganggu. Seperti yang telah disinggung, tidak seorang pun tahu apa yang menyebabkan suatu bagian otak mengambil alih sebagian dari fungsi yang hilang setelah stroke atau cedera otak lainnya, tetapi kapasitas otak untuk melakukan hal ini sangatlah besar. Oleh karena itu, pasien jangan pernah menyerah untuk mencoba pulih. (10)

Indikasi terbaik bahwa pasien siap bergerak ke tingkat mobilitas vang lebih tinggi adalah kemampuan menoleransi tingkat mobilitas yang telah mereka capai; jika pasien sudah merasa nyaman melakukan suatu aktivitas selama paling sedikit satu menit, mereka dapat bergerak ke tingkat selanjutnya. Demi alasan keamanan, sebaiknya ada satu atau dua orang asisten berdiri dl samping pasien dan membantu pasien, terutama pada tahap-tahap awal. Ketika berdiri atau berjalan, pasien sebaiknya berupaya menggunakan tungkai mereka yang lumpuh dengan menopangkan best badan mereka pada tungkai tersebut sebisa mungkin dan dengan memindahkan best badan dari satu sisi tubuh ke sisi lainnya. Pada awalnya pasien harus mencoba hanya beberapa langkah kecil. Sesi latihan yang sering dan singkat, dengan peningkatan gerakan secara perlahan, merupakan cara yang paling aman dan efektif. Jika pasien telah yakin dapat berjalan di lantai yang datar, mereka dapat mulai naik tangga, tetapi pastikan bahwa susuran tangganya telah aman dan kuat. (10)

Bahkan orang berusia muda yang sehat namun berbaring beberapa hari di tempat tidur akan mengalami sedikit masalah jika berdiri dengan cepat dan langsung berjalan. Orang yang mengalami stroke sering kali telah berusia lanjut dan sistem kardiovaskular mereka sering terganggu, sehingga toleransi mereka terhadap peningkatan mobilitas dapat sangat berkurang. Petugas kesehatan sebaiknya memberitahu pasien apakah mereka boleh berusaha jalan dan apakah mereka dapat mencoba berjalan sendiri atau dengan bantuan. (10)

Pasien mungkin perlu dibantu untuk turun dari tempat tidur atau berpindah dari tempat tidur ke kursi, terutama pada tahap-tahap awal setelah stroke. Letakkan sebuah kursi yang kuat dan tidak terlalu rendah dekat tempat tidur untuk membantu pemindahan (jika Anda menggunakan kursi roda, rem tangan harus terkunci untuk mencegahnya bergerak). Singkirkan semua keset yang dapat bergerak atau benda lain yang dapat menyebabkan pasien terpeleset, terantuk, atau jatuh. (10)

Rangkaian tindakan berikut ini dapat digunakan untuk memindahkan pasien lumpuh dari kursi ke toilet. Sekali lagi, jika menggunakan kursi roda, pastikan bahwa rem tangan sudah terkunci.

1. Jelaskan proses pemindahan ke pasien, dengan menekankan posisi akhir.

2. Berdirilah di depan pasien dan peluklah mereka dengan lengan Anda melingkari punggung atau memegang tali pinggang.

3. Tahanlah tungkai atau kaki yang lemah, jika perlu, dan mulailah menghitung untuk mengangkat. Hal ini memungkinkan pasien mengetahui apa yang sedang terjadi sehingga la dapat memberi bantuan yang maksimal.

4. Mintalah pasien untuk condong ke depan, kemudian angkatlah dan raihlah lengan kursi yang terletak paling jauh.

5. Mintalah pasien untuk melangkah berputar, jika mungkin, atau berputar sedemikian sehingga ia berada di depan kursi atau toilet. Pasien kemudian dapat duduk.

J. Menelan Dan Makan

Biasanya dokter atau perawat yang berpengalaman dalam menilai kemampuan menelan akan mengamati adanya tanda-tanda kesulitan makan atau minum. Tanda-tandanya antara lain adalah bicara pelo, suara yang basah dan serak, atau mengeluarkan liur di salah satu sisi mulut. Pasien dapat diberi sedikit air untuk memeriksa kemampuan mereka menelan, tetapi hal ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan. Jika tidak terdapat masalah yang nyata, pasien dapat diminta untuk mencoba makanan dan minuman yang dapat ditelan pasien dengan aman.(1-3)

Kesulitan menelan sangat berbeda dari satu pasien ke pasien lain. Ahli terapi wicara akan memberi nasihat mengenai konsistensi makanan dan minuman yang sesuai. Anda mungkin dinasihati untuk menghindari makanan tertentu, misalnya makanan yang terlalu keras, kering, atau beremah-remah. Cairan dapat dikentalkan melalui beberapa cara. Makanan pengental dapat dibeli di apotek dan pasar swalayan (misalnya, bubuk puding instan). Anda dapat dengan mudah mengentalkan susu dengan pisang rebus yang ditumbuk bubur/pure buah, atau produk susu yang kental, seperti yoghurt. Sup dapat dikentalkan dengan menambahkan bubuk skim-milk, kentang rebus lunak, atau sayuran bertepung lainnya. Apa pun metode yang Anda gunakan, makanan harus halus dan konsisten. Jika Anda mengalami kesulitan mengentalkan makanan, ahli terapi wicara atau ahli gizi dapat memberi bantuan. (1-3)

Jika pasien stroke tidak mampu menyantap cukup makanan untuk tetap sehat, mereka perlu secara temporer diberi makan melalui selang, yang dimasukkan melalui hidung hingga ke lambung. Pasien yang sakit parah atau yang tidak dapat menoleransi adanya selang di hidung dapat diberi makan melalui selang yang menembus dinding perut ke dalam lambung gastroskopi endoskopik perkutis. (1,2,3)

Pasien stroke memerlukan makanan yang memadai, lezat, dan seimbang dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih sehari), dan miktonutrien. Jika nafsu makan pasien berkurang, mereka dapat diberi makanan ringan tinggi-kalori yang lezat dalam jumlah terbatas setiap 2-3 jam, bersama dengan minuman suplemen nutrisional. Untuk mencegah tersedak dan pneumo­nia aspirasi, semua makanan harus disantap dalam keadaan duduk, jangan berbaring. (1,2,3)

Untuk mencegah tumpah, letakkan piring pada alas antiselip dan, paling tidak pada awalnya, mungkin sebaiknya digunakan piring yang cekung sehingga makanan tidak mudah tumpah. Terdapat alat-alat bantu untuk orang yang makan dengan satu tangan dan juga terdapat mangkuk telur yang dapat ditempelkan ke meja. Ahli terapi okupasional biasanya menilai kebutuhan pasien akan alat-alat semacam ini. (1,2,3)

K. Mengatasi Masalah Berbicara dan Menulis

Sekitar separuh dari pasien stroke akut mula-mula akan mengalami masalah bahasa, termasuk berbicara pelo, tetapi hanya sekitar sepertiga pasien stroke terus mengalami masalah ini di kemudian hari. Masalah bicara yang menetap paling sering terjadi pada pasien yang mengalami kelumpuhan di sisi kanan tubuh (atau kadang-kadang di sisi kiri dari orang kidal). Pasien mungkin tidak memahami pembicaraan orang lain atau mampu mengekspresikan diri mereka dengan jelas secara verbal, atau keduanya. Bentuk-bentuk lain masalah bicara adalah ketidakmampuan menemukan kata yang tepat; pemakaian kata-kata tanpa arti atau, pada kasus yang jarang, kata-kata kotor; ketidakmampuan berbicara meskipun secara fisik sanggup; ketidakmampuan memahami bahasa tulisan; dan ketidakmampuan menulis.(4)

Orang dengan masalah bicara dan menulis mudah mengalami depresi atau frustrasi akibat kesulitan mereka. Karena itu, sangatlah penting untuk mendorong pasien berkomunikasi-menerima semua bentuk komunikasi (tulisan, tanda, bahasa tubuh, gambar, upaya berbicara) dan kemajuan, bahkan yang kecil sekalipun, untuk semakin mendorong pasien. Pasien jangan sering dikritik dan jangan memaksa bahwa setiap kata yang dihasilkan harus tepat. Cobalah memberi pasien cukup waktu untuk menanggapi pertanyaan Anda dan abaikan semua kesalahan.(4)

Bagi orang yang mengalami gangguan bicara dan menulis, ahli terapi wicara dapat menyusun program terapi spesifik untuk berbicara dan berbahasa. Orang yang mera­wat dapat diminta membantu dengan memberikan kesempatan bagi pasien untuk mendengar orang lain berbicara atau mencoba berkomunikasi dengan tulisan, gambar, memberikan jawaban ya/tidak, memperlihatkan bahasa tubuh, atau menggunakan kontak mata atau ekspresi wajah. Pasien sebaiknya diajak berbicara mengenai masalah keluarga, diperlihatkan dan diajak berdiskusi mengenai foto orang atau tempat yang familier, mengobrol tentang teman, atau melakukan latihan berupa mengulang-ulang kata. Sebaiknya segera dicari cara untuk berkomunikasi tentang kebutuhan sehari-hari. Ahli terapi wicara dapat memberikan nasihat mengenai semua alat bantu yang mungkin menolong.(4)

Semangati pasien agar menjadi semandiri mungkin dan ikut serta dalam aktivitas normal, misalnya makan malam dengan keluarga atau tamu. Cobalah jangan mengabaikan pasien sewaktu mengobrol bersama-sama pasien perlu dilibatkan sebanyak mungkin dalam keputusan­-keputusan keluarga dan tetap diberi informasi mengenai berbagai peristiwa yang penting. Pada saat yang sama, upayakan agar mereka tidak terbebani oleh masalah sehari-hari yang akan menyebabkan mereka lelah dan stres.(4)

Orang yang mengalami kesulitan menemukan kata-kata yang tepat sebaiknya dibebaskan untuk menggunakan metode lain dalam menyampaikan maksud mereka. Misalnya, selain menggunakan kata “perpustakaan”, mereka dapat berkata “tempat di mana Anda meminjam buku”; jika kata itu adalah “piano”, mereka dapat bergaya seperti bermain piano; jika kata itu adalah “apel”, mereka dapat mengatakan “sejenis buah”. Metode lain untuk menyampaikan arti adalah mengeja kata atau bagiannya, menulis kata, menggambarkannya, atau menunjuknya jika bendanya adu di sekitar. Sebagian pasien menunjuk gambar yang dipampangkan di, sebuah papan atau menulis dengan menggunakan keyboard. Pasien juga akan sangat terbantu jika mereka memvisualisasikan benda yang mereka coba sebutkan (yaitu, membentuk gambaran mental dari benda itu) .(4)

Pasien stroke yang dapat membaca, menulis, dan memahami perkataan orang lain, tetapi kesulitan untuk mengutarakan kata-kata dengan jelas (pasien dengan disartria) dapat memperoleh manfaat dari melakukan latihan lidah dan bibir dua kali sehari seperti berikut ini.(4)

L. Latihan Bibir Dan Lidah

Ulangi setiap gerakan sepuluh kali selama satu sesi.

· Bentuklah bibir Anda menjadi seperti huruf “O”.

· Tersenyumlah.

· Berganti-ganti membentuk bibir seperti huruf “O” dan tersenyumlah, seolah-olah Anda mengucapkan oo-ee”.

· Bukalah mulut lebar-lebar, kemudian gerakkan bibir seolah-olah Anda hendak mencium.

· Lemparkan ciuman.

· Tutuplah bibir erat-erat seakan Anda berkata “mm”.

· Ucapkan “ma ma ma ma” secepat mungkin.

· Ucapkan “mi mi mi mi” secepat mungkin.

· Katuplah bibir Anda rapat-rapat dan gembungkan pipi dengan udara; tahanlah udara di dalam pipi selama lima detik, dan kemudian keluarkan.

· Cobalah sentuh dagu Anda dengan ujung lidah.

· Cobalah sentuh hidung Anda dengan ujung lidah.

· Julurkan lidah Anda sejauh mungkin, tahanlah selama tiga detik, dan kemudian tariklah kembali ke dalam mulut.

· Sentuhlah sudut-sudut mulut Anda dengan lidah, gerakkan lidah Anda dengan cepat dari kanan ke kiri, dan kembali lagi.

· Usapkan lidah Anda mengelilingi bibir Anda.

· Ucapkan suara “ta ta ta” dengan kecepatan yang semakin meningkat.

· Tekanlah lidah Anda ke gusi bagian atas, kemudian ke gusi bagian bawah.

· “Sikat”-lah gigi Anda dengan lidah.

· Doronglah lidah Anda sekuat mungkin ke pipi kanan dan kemudian pipi kiri.

Ketika berbicara dengan pasien, duduklah berhadapan secara langsung. Cobalah berbicara secara perlahan dan gunakan kalimat-kalimat pendek sederhana. Sikap dan ekspresi wajah yang suportif dapat membantu pasien. Ulangi perkataan Anda jika diperlukan dan hindari kesan tidak sabar atau terganggu. Matikan semua kebisingan yang mengganggu seperti radio, stereo, atau televisi. Pasien juga akan merasa lebih mudah jika orang lain yang ada di ruangan tidak berbicara secara bersamaan. Jangan berpura-pura memahami perkataan pasien jika sebenarnya tidak, dan jangan pernah menghina pasien dengan membicarakan mereka seolah-olah mereka tidak ada.(5)

Sesi-sesi ini harus dilakukan sesering mungkin, tetapi juga jangan terlalu lama karena pasien dengan masalah bahasa mudah lelah. Ahli terapi wicara kadang merujuk orang yang mengalami masalah komunikasi untuk mengikuti sesi perorangan atau kelompok khusus, dan kadang-kadang seseorang yang pernah mengalami stroke dipasangkan dengan seorang relawan atau dapat ikut serta dalam suatu kelompok komunikasi. (5)

M. Pengendalian Buang Air Kecil dan Besar

Meskipun masalah buang air kecil dan besar (inkontinensia atau retensi) relatif biasa pada minggu-minggu pertama setelah stroke, terutama pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau kebingungan, sebagian besar pasien pulih sempurna pengendaliannya dalam beberapa Minggu.(8)

Saat mereposisi pasien, pembalut inkontinensia yang basah atau tercemar kotoran harus diganti. Sebagian pria dapat dijaga kering dengan menggunakan botol urine secara teratur. Jika perlu, letakkan penis pada semacam selang. Namun, pada sebagian kasus, mungkin perlu dipasang kateter (selang) ke dalam kandung kemih, dan selang ini akan secara otomatis mengeluarkan urine. Sebagian wanita yang mengalami inkontinensia dapat dijaga tetap kering dengan menggunakan pembalut inkontinensia, tetapi jika tidak dimungkinkan atau kurang efektif, kateter dapat dimasukkan ke dalam kandung kemih. Orang yang merawat perlu diajari mengenai cara membersihkan kateter, tetapi yang memasangnya haruslah seorang perawat. (8)

Pemakaian kateter sesekali merupakan suatu pilihan bagi orang yang terus mengalami inkontinensia atau retensi. Namun jika kateter digunakan selama seminggu atau lebih, akan terjadi peningkatan risiko berjangkitnya infeksi saluran kemih, yang kadang-kadang menimbulkan komplikasi serius, misalnya sepsis (keracunan darah) yang dapat mematikan. Karena itu, sering dianjurkan pemasangan kateter temporer yang cukup sering sesekali disertai irigasi kandung kemih dengan antiseptik: Jika tetap terjadi infeksi saluran kemih, dokter biasanya meresepkan antibiotik untuk mengatasinya. (8)

Seperti orang lain, pasien stroke perlu buang air besar secara teratur paling tidak sekali setiap 2-3 hari. Sembelit umumnya didefinisikan sebagai buang air besar yang jarang (kurang dari tiga kali seminggu) atau kesulitan mengeluarkan tinja. Sembelit adalah masalah yang umum dijumpai pada orang berusia lanjut dan pada orang yang mengalami stroke. Beberapa obat (misalnya, opioid) juga dapat menyebabkan sembelit Konsekuensi sembelit adalah rasa tidak nyaman, berkurangnya kualitas hidup, dan, pada kasus yang parah, gangguan kesehatan, termasuk perforasi usus (usus berlubang) dan komplikasi kardiovaskular yang menyebabkan pasien perlu dirawat inap. Cara terbaik untuk mengatur buang air besar adalah makanan yang memadai dan seimbang serta banyak cairan (paling tidak dua liter sehari) dan serat (buah dan sayuran), serta aktivitas fisik yang cukup. Pelunak tinja (laksatif, pencahar), supositoria, dan enema dapat digunakan untuk sembelit yang terjadi sekali­-sekali. Namun jika masalahnya menetap, pasien atau orang yang merawatnya perlu meminta nasihat dari dokter atau perawat yang biasa menangani hal ini. (8)

N. Latihan Bernapas

Untuk pasien stroke yang tidak dapat bangun dari tempat tidur dan mereka yang mengalami hambatan besar dalam mobilitas, ventilasi paru perlu dijaga agar tetap cukup untuk mencegah infeksi dada. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi latihan bernapas dalam, penempatan posisi yang benar, dan meludahkan semua kelebihan lendir dari mulut. Jika pasien mengalami masalah bernapas, fisioterapi dada juga dapat membantu paru agar tetap bersih.(7)

O. Mengatasi Masalah Sensorik

Stroke dapat memengaruhi kemampuan sensoris melalui sejumlah cara. Kehilangan sensasi di salah satu bagian tu­buh, misalnya lengan atau tungkai, biasanya tidak memengaruhi kegiatan rutin pasien, tetapi mereka perlu berhati-hati agar tidak terluka saat bercukur atau memasak, atau mengalami luka bakar akibat air panas untuk mandi atau benda panas.(6)

Pasien yang mengalami gangguan penglihatan separuh (hemianopia) atau menderita masalah orientasi spasial mungkin merasa frustrasi karena mereka sering tidak mengetahui benda-benda yang ada di sisi tubuh mereka yang sakit. Mereka mungkin, sebagai contoh, mengenakan atau menanggalkan baju hanya di satu sisi tubuh, makan hanya separuh piring, atau menulis hanya di satu sisi dari satu halaman. Pasien biasanya tidak belajar untuk menolehkan kepala mereka untuk melihat ke sisi yang terkena, sehingga mereka berisiko tersesat atau mengalami disorientasi. Mereka cenderung berjalan menuju objek di sisi mereka yang terkena stroke, dan mereka tidak melihat, atau menyadari, benda-benda bergerak yang datang dari arah tersebut, misalnya mobil. Selain tidak mampu mengendarai mobil, pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk berjalan di jalan dan banyak aktivitas sehari-hari lainnya. Kadang gejala ini adalah satu-satunya akibat dari stroke, tetapi pasien tetap dianggap mengalami cacat berat. (6)

Pasien dengan masalah orientasi ruang juga mungkin mengabaikan suara-suara yang datang dari kiri, mengabaikan atau mengingkari sisi kiri mereka, bahkan jika sisi tersebut mengalami lumpuh berat, atau mungkin tidak mampu mengenali wajah kerabat dekat atau pasangan. Bagi sebagian pasien, bahkan mereka yang tidak mengalami kelumpuhan, melakukan gerakan berurutan kompleks yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu, misalnya mengenakan pakaian atau membuat secangkir kopi, merupakan hal yang sangat sulit atau mustahil. Anggota keluarga perlu menyadari masalah ini dan memahami bahwa masalah tersebut adalah konsekuensi dari stroke dan bukan karena pasien bertingkah. (6)

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengatasi masalah ini. Sebagai contoh, cermin sepanjang tubuh akan membantu pasien melihat kedua sisi tubuhnya. Menyentuh sisi yang terkena dampak stroke untuk mengingatkan mereka tentang sisi itu dapat membantu mempercepat rehabilitasi. Saat berbicara dengan pasien, dianjurkan agar Anda berdiri di depan mereka atau di sisi sehat mereka. Juga letakkan piring makanan ke arah sisi yang sehat. (6)

Sebagian kecil pasien stroke mengalami nyeri “sentral”, yang disebabkan oleh kerusakan di suatu daerah di otak tengah yang disebut talamus, yaitu suatu bagian dalam otak yang bekerja sebagai pusat pemancar sensoris. Nyeri ini adalah campuran sensasi, termasuk panas dan dingin, dan sering dijelaskan sebagai rasa terbakar, tersengat, atau tertusuk benda tajam di bagian tubuh yang lumpuh. Nyeri ini sering lebih terasa di tangan dan kaki, dan kadang-kadang dapat sedemikian parah. Nyeri dapat ditimbulkan atau diperparah hanya oleh gosokan ringan di bagian rubuh yang terkena, oleh gerakan, atau oleh perubahan suhu, terutama suhu dingin. Komplikasi stroke yang serius ini suhu diatasi, dan pasien perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. (6)

P. Menangani Kehidupan Sehari-Hari

Setelah stroke, pasien perlu kembali melakukan aktivitas sebelumnya sebanyak mungkin. Mereka perlu mencoba keluar dan mulai melakukan hal-hal yang mereka sukai sebelum stroke segera setelah dokter mengizinkan. Kita perlu tetap berpikir positif mengenai pemulihan. Jika pemulihan sempurna tidak mungkin dicapai, paling tidak pemulihan parsial dapat dicapai.(9)

Pastikan bahwa aktivitas harian pasien yang biasa tetap dapat dilakukan dengan aman dan buatlah penyesuaian yang diperlukan. Pertama-tama, sebagian aktivitas sebaiknya dilatih di bawah bimbingan ahli terapi atau perawat. Aktivitas ini mungkin berupa mengenakan baju, mandi, memasak, atau naik tangga. Dalam merawat seseorang yang mengalami stroke, upayakan agar harga diri mereka tidak terluka. Semangati mereka untuk melakukan sendiri hal-hal yang dapat mereka lakukan. (9)

Pasien dengan masalah orientasi ruang atau apraksia sering membutuhkan bantuan untuk mengenakan busana karena mereka tidak mampu menggunakan kedua lengan dengan benar, bahkan meskipun mereka tidak mengalami kelemahan yang nyata pada anggota badan. Mereka kadang-kadang mengenakan busana di bagian yang salah dan sering tidak dapat memasukkan kancing. Saat menolong pasien mengenakan baju, berhati-hatilah agar sendi yang lumpuh tidak teregang, terutama sendi bahu. Semangati pasien untuk mengenakan baju sendiri sebisa mungkin. Busana pasien mungkin perlu diadaptasi-belilah sepatu tanpa tali, baju dengan kancing velcro, dan sebagainya. Tetapi pastikan bahwa pasien merasa nyaman dengan adaptasi ini sebelum melanjutkannya. Ingatlah bahwa gigi palsu jangan dibiarkan terpasang pada malam hari, dan bahwa gigi tersebut perlu dibersihkan sebelum dipasang. (9)

Jika timbul masalah spastisitas (kekakuan) otot setelah stroke, masalah ini dapat dikurangi dengan memanaskan atau mendinginkan atau dengan latihan peregangan pasif dan aktif pada rentang gerakan yang biasanya dilakukan oleh otot atau sendi yang terkena. Namun, jika Anda mencurigai bahwa pasien tidak dapat merasakan suatu gerakan tertentu, berhati-hatilah agar sendi tidak terlalu diregangkan atau mengalami cedera. Ahli fisioterapi pasien seharusnya mampu memberi Anda nasihat mengenai bagaimana melakukan latihan ini dengan aman. Jika tindakan ini kurang efektif, ahli fisioterapi dapat memberikan rangsangan listrik terhadap otot, memberikan pelemas otot (misalnya, baklofen, suntikan toksin botulinum), atau intervensi lainnya. (9)

Jika pasien tidak mampu secara aman melakukan sen­diri sebagian dari kegiatan sehari-harinya, tersedia bantuan dan layanan khusus yang dapat membantu, termasuk berbagai adaptasi yang dapat dilakukan di rumah pasien. Hal ini direkomendasikan oleh ahli fisioterapi, yang dapat membantu melakukan perjanjian yang diperlukan. Bantuan dari layanan sosial dan masyarakat dapat mengatasi sebagian dari perawatan personal, termasuk merawat rumah, menyiapkan tempat tidur pasien, menyiapkan makan di kursi roda, berbelanja, dan mengumpulkan resep. (9)

Ketika seorang pasien stroke pergi keluar untuk pertama kali, ada baiknya jika ada orang lain yang menemani, paling tidak sampai pasien merasa percaya diri bahwa mereka dapat melakukannya sendiri. Jika dalam waktu 4 – 6 bulan setelah stroke pasien masih belum dapat berjalan tanpa bantuan atau merasa kurang nyaman melakukannya, mereka dapat diberi tongkat berjalan atau alat bantu berjalan lainnya seperti kursi roda manual atau listrik sehingga sedikit banyak mereka mandiri. Juga, dapat dilakukan berbagai penyesuaian pada mobil pasien ­bahkan tersedia mobil yang telah secara khusus diadaptasikan untuk orang dengan berbagai cacat. Namun, sebelum benar-benar membeli salah satu alat bantu ini, ada baiknya Anda menanyakan pendapat ahli fisioterapi atau ahli terapi okupasional mengenai tingkat mobilitas pasien yang paling mungkin dicapai dan, oleh karena itu, menemukan alat bantu yang paling cocok bagi mereka. (9)

Jika pasien menggunakan kursi roda dan rumah mereka memiliki tangga, akan menolong jika di rumah tersebut dibangun jalan masuk landai dari kayu atau beton. Anda juga mungkin perlu memperlebar pintu-pintu rumah agar pasien dapat bergerak bebas di dalam rumah. Pemasangan kabel listrik yang aman, pegangan tangan di kamar mandi,, dan adaptasi rumah lainnya juga dapat membantu. (9)

Aktivitas fisik, khususnya latihan yang meningkatkan kekuatan dan keseimbangan tungkai bawah, dapat membantu agar pasien tidak mudah jatuh. Jenis latihan ini perlu diajarkan dan diawasi oleh ahli fisioterapi atau perawat yang dilatih khusus. Sebagian pasien merasa mudah lelah selama siang hari, sehingga istirahat atau jeda yang reguler dapat mengatasi masalah ini. (9)

Q. Aktivitas Fisik Setelah Stroke

Olahraga yang aman dan menyenangkan setelah stroke penting bagi kesehatan secara umum dan untuk mengurangi risiko stroke di masa mendatang. Dalam merencanakan suatu program olahraga, perlu dipertimbangkan tingkat latihan yang dilakukan pasien sebelum stroke. Umumnya paling aman jika latihan/olahraga dimulai secara lambat, lalu jumlah dan intensitasnya ditingkatkan secara bertahap. Jenis aktivitas yang mungkin dilakukan bergantung pada ­efek stroke. Mereka yang tidak banyak mengalami masalah fisik dapat mencoba berjalan, menggunakan sepeda statis, dan melakukan aktivitas olahraga yang biasa mereka lakukan. Pasien yang masalahnya lebih berat, misalnya mereka yang mengidap hemiplegia, mungkin memerlukan bantuan ahli fisioterapi atau spesialis olahraga. Secara umum, seperti pada orang lain, sebaiknya pasien melakukan sekitar setengah jam aktivitas yang menyebabkan pasien merasa hangat, sedikit terengah-engah, dan sedikit berkeringat, tiga kali seminggu atau lebih. Olahraga aerobik, misalnya berjalan atau bersepeda, biasanya sangat bermanfaat, serta pemakaian beban dan aktivitas penguatan otot berulang juga dapat membantu.(6)

Pasien stroke yang juga memiliki masalah jantung perlu memastikan kondisi jantung mereka stabil sebelum mengubah tingkat aktivitas yang biasa. Dalam hal ini, pasien sebaiknya memeriksakan diri ke dokter dan membahas tingkat aktivitas yang direncanakan. (6)

R. Mengatasi Masalah Emosional

Hampir 70% pasien stroke sedikit banyak mengalami masalah emosional, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung, atau depresi. Terdapat bukti bahwa orang yang menderita depresi pasca stroke memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar meninggal dalam 10 tahun dibandingkan dengan pasien stroke tanpa depresi ini mencakup Kematian akibat bunuh diri. Namun, jika pasien dan orang yang merawatnya menyadari masalah ini, biasanya ada hal-hal yang dapat dikerjakan untuk mengatasi masalah tersebut.(2)

Sebagian masalah emosional muncul segera setelah stroke, sebagai akibat kerusakan di otak. Sebagai contoh, ketidakmampuan seseorang untuk mengekspresikan dirinya sendiri akibat masalah bahasa dapat menimbulkan sikap mudah marah. Masalah emosional lain timbul pada tahap lebih belakangan, misalnya sewaktu pasien akhirnya menyadari dampak penuh stroke atas kemandirian mereka.

Perlu diingat bahwa orang yang pernah mengalami stroke sangat rentan terhadap perubahan dalam situasi mereka, terutama jika mereka akan meninggalkan rumah sakit atau saat mereka pertama kali keluar rumah untuk berjalan-jalan. Ini merupakan reaksi fisiologis normal, dan pasien harus didorong untuk membahas kekhawatiran mereka akan karier serta anggota keluarga sehingga masalah tersebut dapat diatasi sebanyak mungkin. (2)

Pada sebagian besar kasus, masalah emosional mereda seiring waktu, tetapi ketika terjadi, masalah itu dapat menyebabkan pasien menolak terapi atau kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi, yang dapat memengaruhi pemulihan pasien. Masalah emosional reaktif ini sering dapat dikurangi secara substansial dengan mendorong pasien membicarakan ketakutan dan kemarahan mereka. Pasien harus merasa bahwa mereka adalah anggota keluarga yang berharga. Tidak dapat dianggap remeh tentang pentingnya lingkungan rumah yang suportif, yang mendorong timbulnya perhatian terhadap orang lain dan aktivitas waktu luang, misalnya membaca, memasak, berjalan-jalan, berbelanja, bermain, dan berbicara. Pasien stroke yang keluarganya atau orang yang merawatnya tidak suportif dan yang memiliki kehidupan keluarga yang tidak berfungsi cenderung memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan dengan pasien lain. Sebagian pasien stroke mungkin merasa nyaman jika mereka berbagi pengalaman mereka dengan pasien stroke lain (daftar kelompok pendukung stroke dapat diperoleh dari organisasi layanan masyarakat lokal Anda). Jika diperlukan, masalah emosional dapat diatasi dengan konseling individual atau terapi kelompok. Psikoterapi juga dapat membantu sebagian pasien, misalnya mereka yang mengalami apati berat, depresi, tak tertarik atau menentang pengobatan. Jika masalahnya menetap, terutama depresi, dokter mungkin menganjurkan obat antidepresan (misalnya, fluoksetin dan amitriptilin) atau berkonsultasi dengan psikiater atau ahli psikologi klinis. Konsultasi dini biasanya dianjurkan untuk pasien yang mengalami depresi berat, terutama mereka yang mungkin ingin bunuh diri. (2)

Beberapa pengidap stroke, terutama yang berusia lanjut dan menderita beberapa kali stroke, memperlihatkan letupan emosi yang tidak terkendali, seperti tertawa, menangis, atau memperlihatkan sikap mudah marah, tanpa alasan yang jelas. Pasien dan keluarganya perlu menyadari bahwa sebagian besar masalah perilaku yang -timbul sebagai akibat langsung dari stroke tidak bertahan lama dan bahwa masalah-masalah tersebut sering tidak mencerminkan perasaan pasien yang sebenarnya. (2)

S. Mengatasi Masalah Kognitif

Masalah kognitif mencakup kesulitan berpikir, memusatkan perhatian, mengingat, membuat keputusan, menggunakan nalar, membuat rencana, dan belajar. Hal-hal ini sering menjadi komplikasi stroke, mengenai sekitar 64% dari pasien yang selamat dan menyebabkan demensia pada 1 dari 5 pasien stroke usia yang lebih lanjut. Namun, bagi banyak pasien stroke, masalah kognitif yang ringan cenderung akan mereda seiring dengan waktu, dan kemampuan mereka akan pulih sepenuhnya.(1)

Jika pasien mengalami masalah daya ingat dan sedang mengonsumsi sejumlah obat jangka panjang, sebaiknya obat tersebut sudah dikemas di apotek. Tersedia beberapa kemasan komersial, di mana pil dibagi-bagi dan dilabeli dengan jelas sehingga pasien dapat melihat apakah mereka sudah minum jatah hari itu atau belum. Jika pasien tidak dapat mengikuti instruksi di obat resep, orang yang merawat perlu menjamin bahwa pasien minum obat dalam jumlah dan saat yang tepat. Terdapat bukti bahwa berbagai alat bantu mengingat dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk mengonsumsi obatnya secara teratur. Ada baiknya dibuat bagan atau tabel tentang aktivitas harian, obat, dan kemajuan pasien pada selembar kertas.(1)

Pasien stroke dengan gangguan kognitif yang parah, misalnya demensia, jarang pulih sempurna dan dapat bertambah buruk seiring dengan waktu. Hal ini terutama berlaku pada orang berusia lanjut yang pernah mengalami beberapa kali stroke serta mengidap penyakit-penyakit lain.(1)

Sebagian pasien stroke tidak menyadari masalah kognitif mereka, sehingga mereka rentan mengalami kecelakaan atau tersesat. Anggota keluarga dan orang yang mera­wat perlu menyadari hal ini dan melakukan tindakan pencegahan, misalnya menyembunyikan benda-benda yang berpotensi membahayakan dan menyertai pasien jika mereka pergi keluar. Konsultasi dengan psikolog klinis atau psikiater juga dapat membantu. Jika keamanan pasien di rumah menjadi masalah, perlu dipertimbangkan agar pasien dipindahkan ke fasilitas perawatan residensial.(1)

Meskipun belum ada terapi spesifik yang efektif untuk demensia vaskular, perkembangan atau kemajuan penyakit dapat dipengaruhi oleh pengendalian faktor risiko stroke, terutama hipertensi dan sumber embolus.(1)

T. Mencegah Jatuh

Faktor risiko yang mempermudah pasien jatuh antara lain masalah ayunan langkah dan keseimbangan, obat-obat sedatif, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, inakti­vitas, inkontinensia, gangguan penglihatan, dan berkurangnya kekuatan tungkai bawah.(4,5,6,7)

Terdapat beberapa cara nonfarmakologis untuk mengurangi risiko jatuh.

· Orang berusia lanjut dan mereka yang menderita pusing bergoyang, sensasi kepala terasa ringan, sikap yang tak-mantap, atau masalah penglihatan ketika menggerakkan kepala atau tubuh (terutama saat bangun dari tidur dan berdiri) perlu berhati­hati saat bergerak dan menghindari perubahan posisi tubuh atau kepala secara terburu-buru. Turunlah dari tempat tidur secara perlahan dan bertahap: mula-mula bergeserlah sehingga Anda berbaring menyamping di tepi tempat tidur, kemudian duduklah, lalu ayunkan tungkai Anda memutar sehingga menjejak lantai, kemudian berdirilah, dan akhirnya mulai berjalan. Hindari gerakan kepala yang cepat, misalnya saat bercukur atau menyisir rambut, dan hindari menekuk kepala dalam posisi yang ekstrem.

· Banyak orang berusia lanjut terjatuh karena dehidrasi sehingga asupan cairan yang memadai merupakan hal yang sangat penting. Biasanya dua liter sehari memadai, kecuali jika dokter memberi nasihat lain.

· Aktivitas fisik, terutama olahraga yang meningkatkan kekuatan tungkai bawah dan keseimbangan, dapat mencegah jatuh. Jenis olahraga ini perlu diajarkan dan diawasi oleh ahli fisioterapi atau perawat terlatih.

Ada baiknya pasien yang berisiko diajari bagaimana jatuh dengan aman oleh ahli fisioterapi, seandainya tindakan pencegahan tersebut gagal. Untuk semakin mengurangi risiko jatuh, sebagian orang memerlukan bantuan untuk turun dari tempat tidur atau berpindah dari tempat tidur ke kursi. (4,5,6,7)

Orang yang berisiko tinggi jatuh dan tinggal sendirian dapat meminta bantuan jika mereka memiliki alarm 24 jam yang terhubung ke stasiun monitor profesional atau terhubung langsung ke layanan ambulans. Alat alarm ini dapat dikenakan seperti jam tangan, kalung, atau dijepitkan ke baju, dan diaktifkan dengan menekan sebuah tombol. Alat ini memiliki pengeras suara dan mikrofon sensitif sehingga saat dilakukan hubungan dapat tercipta komunikasi dua arah bands-free. Sebagian alat memiliki detektor jatuh built-in yang secara otomatis memicu panggilan meminta bantuan jika gerakan pemakai mengindikasikan bahwa mungkin mereka terjatuh. (4,5,6,7)

U. Hubungan Seks Setelah Serangan Stroke

Untuk sebagian besar penderita stroke tidak terdapat alasan mengapa kegiatan seks perlu di tinggalkan. Hubungan seks tidak akan memperbesar risiko untuk mendapatkan serangan stroke berikutnya. Namun, perubahan peranan mungkin diperlukan untuk mengatasi permasalahan cacat atau kelumpuhan yang diderita penderita dan juga dan juga mungkin terdapat problem-problem kejiwaan yang perlu diatasi yang perlu diatasi terlebih dahulu.(6)

sumber: http://yumizone.wordpress.com


Cari Blog Ini

Pengikut